Cileungsi, BogorUpdate.com – Terkait adanya 7 Siswa SMAN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, yang diminta mengundurkan diri oleh pihak sekolah usai Study Tour di Bali, lantaran kedapatan menenggak minuman keras (Miras), Ketua Presidium Bogor Timur, Alhafiz Rana sebut adanya kelalaian pihak sekolah yang memilih tujuan Study Tour.
“Kami turut prihatin atas peristiwa tersebut. Tapi pihak sekolah juga harus evaluasi, bagaimana Bali dijadikan tujuan study tour, apa yang didapat dari study tersbut, dengan Bali yang begitu bebas. Dan kejadian tersebut juga tidak lepas dari program SMAN 1 Cileungsi,” ucap Alhafiz kepada Bogorupdate.com, Jum’at (13/1/23).
Menurut Alhafiz, dengan kehidupan di Bali yang terbilang bebas, berpotensi bagi jiwa muda seperti anak SMA yang masih mencari jati diri ini mencoba hal yang baru. Hal ini bisa terjadi tidak terlepas dari kelalaian Panitia yang kurang mengawasi pelajar tersebut.
“Artinya disitu ada kelalaian, atau kontrol dari panitia sekolah didalam mengawasi kegiatan tersebut. Mestinya ada evaluasi yang menyeluruh kemudian juga ada semacam surat peringatan 1, 2 atau 3, jangan serta-merta kemudian anak yang salah ini dikeluarkan atau diminta mengundurkan diri,” sambungnya.
Dengan adanya kejadian ini dirinya meminta pihak sekolah mengevaluasi kegiatan-kegiatan study tour ke depannya, agar bisa diperbaiki.
“Saya pikir, ini harus ada evaluasi yang mendalam agar study-study kedepan tidak terjadi pelanggan atau kejadian yang sama, saya turut menyesalkan kejadian ini, semoga semua pihak bisa mengambil pelajaran,” jelasnya.
Selanjutnya Ia juga menjelaskan, pihak sekolah kalau mengadakan study tour harus bisa memilih-milih tempat, dan bukan Bali saja yang bisa dijadikan untuk study tour, masih banyak tempat lain yang layak dijadikan kegiatan tersebut.
“Mungkin ada tempat-tempat lain yang bisa dijadikan study tour, bukannya di Bali yang memang budayanya sangat bebas, tapi kan ada juga budaya-budaya yang baik di Bali, tidak hanya persoalan bebas dan riberalnya aja,” jelasnya.
“Jangan sampai tujuan baik study tour malah menghasilkan sesuatu yang tidak baik, dengan adanya pemecatan siswa dan ini bisa merugikan siswa tersebut, ini tugas kita bersama untuk mendidik dan memberikan pelajaran,” tukasnya.
Sebelumnya, Usai study tour ke Bali, 7 Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, diminta pihak sekolah untuk mengundurkan diri, lantaran kedapatan melanggar tata tertib sekolah.
Hal itu dikeluhkan oleh salah satu orang tua murid, yang berinisial HA. Menurutnya, setelah anaknya pulang dari study tour ke Bali, pihak dari sekolah melakukan pemanggilan kepada para orang tua murid dan menyampaikan jika anaknya terlibat minum-minuman keras.
โSaat anak saya ikut Study Tour ke Bali pada bulan Januari 2022, oleh pihak sekolah, dengan membayar uang Rp 2,4 juta, setelah pulang saya mendapatkan laporan, anak saya bersama teman-temannya telah minum-minuman keras disana,” ucapnya kepada Bogorupdate.com.
Setelah dipanggil, para orang tua murid diminta oleh pihak Siswa SMAN 1 Cileungsi untuk membuat surat pengunduran diri. Karena sudah kelas 3 menjelang ujian, mereka akhirnya menolak permintaan sekolah.
โSaat dipanggil oleh pihak sekolah, saya diminta oleh pihak sekolah untuk membuat surat pengunduran diri dan pindah sekolah ke tempat lain. Tetapi saya menolaknya, karena anak saya ini kelas 3 sebentar lagi akan mengikuti ujian,” jelasnya.
Bahkan, ia juga mengaku bahwa anaknya tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Padahal pihaknya belum membuat surat pernyataan atau menandatangani surat pengunduran diri.
โAnak saya sudah 3 hari tidak boleh masuk sekolah, dianggap sudah keluar dari sekolah tersebut. Anak saya padahal belum membuat surat pernyataan mengundurkan diri, dengan adanya keputusan dari pihak sekolah ini, sangat membuat saya kecewa,โ cetusnya.
Sementara Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Cileungsi, Etty mengatakan, sebenarnya pihaknya tidak pernah mengeluarkan siswa, jadi yang sekarang terjadi adalah pelanggan terhadap tata tertib, yang sebelumnya sudah diingatkan.
“Jadi batas pelanggaran sekolah SMAN 1 ini dibatasi merokok, rokok itu sudah termasuk pelanggaran berat. Kemudian saat di Bali ada siswa yang melanggar aturan sekolah, sampai minum-minuman keras,” ucapnya.
“Jadi intinya kalau tata tertib sekolah itu dibatasi sampai rokol, tapi namanya anak yang melanggar, kami yang punya tanggung jawab saat di Bali, maka kami amankan,” sambungnya.
Petugas harus selidiki kenapa harus Bali apa yg didapat study tour dilokasi yang bebas .
Sepertinya gurunya tidak peka dan rendah seleranya .
Gurunya yang salah
Jiahhh….anak soleh cilengsi jangan ke Bali lah…disana hanya buat orang kuat iman,miras (beer) dijual bebas di minimarket .. nah penghuni surga yang memilih mesum 72 bidadari …haram minum alkohol beer 2% jadi anak begitu ya pecat aja dari sekolah ..biar jadi sampah di celengsi yg emang dekat ke tpa bantar gebang… Bali yg biar aja gak usah didatangi gembel sampah yg menghujat gegara jualan beer di minimarket… yg orang mancanegara datang berduyun duyun
Klo cuma nenggak minuman keras masih mending lah.klo jaman gw malah nyobain psk yg cantik2, enaknya lgi klo anak sekolah itu harganya ga terlalu mahal2 bgt supaya bisa pd coba coba, namanya jg pemula anak ABG
” pecat siswa” adalah tindakan yg tidak tepat, harusnya mereka dibina, bukan dibuang dengan dipecat. Disinilah “ditantang” kemampuan sekolah untuk mendidik siswanya.
Yang harus berpikir kepala skolahnya dan gurunya study ke tempat yg tak mendidik lingkunganya
semestinya orang tua siswa itu bersyukur, krn dg kejadian tsb mereka tau tentang anaknya, jgn menuntut sekolah kudu ini itu, tp instrosfeksi diri lebih baik, jika pendidikan dilanjutkan jg akan menghasilkan produk lulus tp gagal.
tujuan pendidikan salahsatunya menhasilkan anak didik yg berahlak, berbudi pekerti, dan itu harus dimulai dari rumah/keluarga.
fanisment sekolah itu jelas aturannya, sebaiknya ortu segera benahi dan cari solusi, jika anak sudah seperti itu, dilanjutkanpun akan berdampak kurang baik, baik bagi kejiwaan anak maupun bagi sekolah,…
fanishment itu dimaksudkan agar anak didik yg lain tdk berprilaku seperti itu, jika hukum tdk ditegakkan maka alhasil jd celah bagi siswa yg lain untuk melakukannya.
pindah sekolah adalah solusi, mending terlambat lulus 1 tahun di sekolah menengah atas, dari pada ortunya terlambat merehabilitasi ahlak dan budi pekerti anak, akan fatal buat hidup anak maupun ortunya.
ma’af ini hanya ungkapan hati, tdk dimaksudkan buat menggurui atau menyarankan, mungkin tepatnya hanya renungan sy pribadi yg tercurah dlm tulisan ๐๐๐