HomeLifestyleNews

Optimalisasi Budidaya Tanaman Hortikultura

Image source: Photo by Rezania Eka Pratiwi

Oleh: Rezania Eka Pratiwi
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

No Hp: 088802853480
Alamat email: rezania.eka21@mhs.uinjkt.ac.id

Lifestyle, BogorUpdate.com – Dalam KBBI, hortikultura merupakan seluk-beluk kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran, buah-buahan, atau tanaman hias. Hortikultura berasal dari kata “hortus” yang berarti garden atau kebun dan “colere” yang berarti to cultivate atau budidaya. Dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayur, dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Pada dasarnya, aktivitas hortikultura merupakan cara berkebun domestik dengan bentuk budidaya alami seperti pertanian besar. Tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein. Selain itu tanaman hortikultura juga dapat memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika. Pada masa pandemi Covid-19, hortikultura banyak digemari masyarakat untuk mencari aktivitas baru agar tidak merasa bosan. Fungsi tanaman hortikultura yakni memperbaiki gizi, meningkatkan devisa negara, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, serta memenuhi kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.

Tanaman hortikultura memiliki beberapa macam golongan seperti olerikultura, florikultura, frutikultura, dan biofarmaka. Jenis tanaman hortikultura yang paling mudah ditemui dilingkungan sekitar rumah adalah olerikultura (sayuran). Hal ini karena sayuran merupakan salah satu jenis tanaman yang pada umumnya di olah menjadi bahan makanan sehari-hari. Bagi pecinta tanaman hias, tentunya tanaman florikultura (hias) menjadi tanaman favorit untuk dibudidayakan sebagai pemanis lingkungan rumah. Selain itu ada juga tanaman hortikultura jenis frutikultura (buah-buahan) yang memerlukan teknik budidaya secara khusus saat dibudidayakan secara masal. Dibidang kesehatan ada juga tanaman hortikultura jenis biofarmaka (obat-obatan). Tanaman ini sering disebut sebagai tanaman obat keluarga di Indonesia. Tanaman biofarmaka cukup populer di masyarakat sejak zaman dulu sampai sekarang karena sangat membantu dalam hal pengobatan. Tanaman hortikultura sangat berperan dalam kehidupan manusia, karena merupakan sumber gizi pelengkap makanan pokok yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia.

Meski sebagian orang masih suka salah mengira bahwa tanaman hortikuktura dengan tanaman perkebunan adalah tanaman yang sama, kenyataannya keduanya memiliki perbedaan. Pada tanaman hortikultura hasil dari bercocok tanamanya bisa dimanfaatkan secara langsung. Sedangkan pada perkebunan hasilnya masih melalui tahap produksi kembali atau di olah lagi supaya bisa dimanfaatkan. Tanaman perkebunan contohnya adalah kopi, karet, kakao, teh dan sebagainya. Perbanyakan tanaman hortikultura dapat melalui perbanyakan vegetatif dan generatif. Perbanyakan dengan vegetatif, yakni menggunakan bahan tanaman selain biji atau tanpa melalui perkawinan. Perbanyakan vegetatif ini dibagi menjadi perbanyakan vegetatif alami dengan cara membelah diri, spora, akar tinggal, umbi lapis, umbi batang, umbi akar, geragih, dan tunas. Sedangkan dengan vegetatif buatan dengan cara mencangkok, setek batang, setek daun, okulasi, sambung pucuk dan runduk. Selain itu ada juga perbanyakan generatif dengan menggunakan biji sebagai calon individu baru. Perbanyakan secara generatif ini dapat melalui persemaian dan pindah tanam.

Kualitas produk hortikultura dikancah internasional dituntut untuk dapat tersedia dalam bentuk fresh vegetable pada saat produk diterima oleh pelanggan. Hal ini menjadi tantangan bagi pengembang hortikultura ditengah sifat hortikultura sendiri yang tidak tahan lama. Maka dari itu komoditas hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar, mempunyai potensi produksi tinggi, serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Dibalik fungsi yang dimiliki hortikultura, terdapat sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu tidak dapat disimpan lama, voluminous (perlu tempat lapang), perishable (mudah rusak saat pengangkutan), melimpah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, serta fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997). Untuk menjaga kesegaran komoditas produk hortikultura biasanya dilakukan penyimpanan produk dalam ruangan pendingin.

Selain itu, untuk meminimalisir keadaan tersebut, saat ini tak jarang kita temui berbagai olahan produk hortikultura baik produk setengah jadi maupun produk siap santap. Penanganan ini menjadi salah satu bentuk inovasi dan cara untuk menekan kehilangan hasil panen, meningkatkan nilai tambah dan nilai jual komoditas produk hortikultura. Produk hortikultura adalah salah satu komoditi pertanian yang memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan menjadi produk unggulan. Namun, pangsa pasar domestik yang besar di Indonesia belum termanfaatkan secara optimal. Terlihat dari masih rendahnya tingkat konsumsi produk hortikultura di bawah rekomendasi Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agricultur Organization/ FAO). Pengembangan hortikultura di Indonesia masihlah memiliki beberapa hambatan seperti penerapan inovasi teknologi yang belum optimal, pelaksanaan regulasi dan pembinaan teknisnya yang belum optimal, kelembagaan hortikultura masih lemah, serta kapasistas SDM yang belum memadai.

Dari sisi interen, potensi pengembangan hortikultura juga memiliki hambatan kedepan. Hambatan ini antara lain dari sisi agroekologi, adanya daya saing produk, pemuliaan dan perlindungan varietas, harga serta kestabilan pasokan, infrastruktur pasca panen yang belum mendukung, penyediaan lahan, modal, pemeliharaan strategis lokal baik regional maupun internasional serta krisis global. Upaya yang dilakukan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan yaitu dengan penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang telah ada. Salah satu strategi efektif yang telah diterapkan untuk meningkatkan potensi hortikultura di Indonesia adalah penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Penerapan strategi ini merupakan upaya mempersiapkan produk hortikultura Indonesia agar siap menghadapi persaingan global. Upaya ini dilaksanakan dengan memberdayakan pelaku usaha hortikultura untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dan lestari. GHP sendiri merupakan upaya mengurangi resiko kehilangan dan kerusakan hasil panen dengan melakukan penanganan pascapanen hortikultura secara baik dan benar.

Untuk mengoptimalkan potensi hortikultura, hal yang dapat di lakukan dan diperhatikan antara lain adalah a) mengoptimalkan potensi SDA dengan mengembangkan komoditas sayuran unggulan yang memiliki peluang pasar yang luas, b) dukungan penyediaan sarana dan prasarana dari stakeholders, c) peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dinamisator, pemantauan, serta pengawasan agar masing-masing pelaku dapat bekerja serta berinteraksi secara maksimal dan terpadu melalui pengembangan kawasan agribisnis, d) meningkatkan produktivitas komoditas sayuran unggulan dengan mengoptimalkan subsidi pemerintah, e) memanfaatkan informasi dan teknologi serta fasilitas pemasaran produk, f) supply chain management, g) budidaya pertanian sesuai dengan SOP, h) fasilitasi terpadu investasi hortikultura, dan i) pengembangan kelembagaan usaha.

Pengembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah, peneliti, masyarakat, dan lembaga pendidikan terkhusus dibidang pertanian lebih giat dan berupaya dalam pengembangan hortikultura agar dapat bersaing dengan produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain menerapkan dan mengembangkan strategi yang telah ada, sebaiknya tetap dapat berinovasi menemukan konsep pengembangan baru yang lebih kompetitif. Upaya penyuluhan dan pendidikan kepada generasi penerus harus tetap digencar untuk keberlanjutan pertanian khususnya hortikultura kedepannya. Ketersediaan teknologi yang lebih modern sangat diharapkan untuk meningkatkan budidaya hortikultura. Diharapkan juga agar ketersediaan teknologi ini bisa tersalurkan sampai kepada khusunya pembudidaya yang masih sangat terbelakang agar mereka juga dapat meningkatkan budidaya hortikulturanya.

Exit mobile version