Ketua PC KMHDI Bogor, I Putu Lingga
Babakan Madang, BogorUpdate.com
Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Bogor bilang adanya telur busuk yang diterima Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Desa Karang Tengah, ciderai hak rakyat, Rabu, (26/01/2022).
Ketua PC KMHDI Bogor, I Putu Lingga, mengungkapkan bahwa dengan anggaran Rp 200.000 yang diberikan kepada setiap KPM per-Bulan seharusnya mendapatkan barang yang layak konsumsi dan layak makan.
“Yang terjadi justru untuk penerima pun bervariasi ada yang terima 4 karung beras, ada yang terima hanya sekarung beras tanpa ada keterangan jelas dari Bank Mandiri maupun TKSK kecamatan Babakan Madang,” tuturnya kepada Bogorupdate.com.
Menurutnya, hal Ini jelas merenggut hak warga yang menerima bantuan dari Pemerintah tersebut.
“Hak Asasi mereka sebagai Manusia telah direnggut karena tidak mendapatkan kesetaraan. Ini jelas merugikan orang banyak,” ujar pria yang kerap disapa Lingga ini.
Lebih lanjut Lingga menambahkan bahwa pihak-pihak yang terlibat harus turun langsung untuk menyampaikan permintaan maaf kepada warga yang telah mendapatkan bantuan.
“Ditunggu itikad baiknya untuk pihak-pihak tersebut untuk menyelesaikan masalah tersebut dan bertanggung jawab atas perasaan warga yang kecewa, bagaimana masyarakat mau memberikan kepercayaan pada pemerintah kalau hal ini masih saja terus terjadi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Terkait telur busuk yang sampai ke Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, supplier akui kewalahan, Selasa (25/01/2022).
Melalui Konferensi Pers, Farhan supplier telur ke PT. Aam Prima Artha (APA) untuk pengiriman ke desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor menyatakan kewalahannya menyuplai 7123 Paket telur ke seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Bogor.
Farhan menyatakan dari banyaknya paket telur yang harus di supply, perusahaan tidak bisa memastikan telur yang disupply kepada agen itu busuk atau tidak.
“Kita tidak tau telur itu kondisi dalamnya bagus atau tidak, kami hanya bisa ngecek kondisi telur itu bagus atau tidak,” ucapnya saat melakukan konferensi pers di Saung Abah, Sentul, Kecamatan Babakan Madang.
Dari 7123 paket, yang mana setiap paket berisi satu kilogram telur, Farhan mengakatan ketidak sanggupan perusahaan untuk melakukan screening satu-persatu.
“Kami tidak bisa melakukan pengecekan satu-persatu,” katanya.
Farhan pun memaparkan dari 7123 paket telur, ada 95 paket yang dikeluhkan baik oleh agen maupun KPM.
“Paket dari 7123 kedapatan yang komplain hanya 95 paket itu pun sebagaian besar sudah kami ganti,” paparnya.
Menurut Farhan, proses screening atau Quality Control (QC) sudah dilakukan terus-menerus sedari peternakan.
“Mungkin karena dikirim dari Jawa Tengah dan jumlahnya yang besar, mungkin disana ada proses dalam pengiriman yang memakan waktu beberapa hari hingga terjadinya pembusukan,” jelasnya.
Bahkan, lanjut Farhan, saat telur sampai di gudang, perusahaan kembali lakukan checking ulang terkait kondisi telur.
“Di gudang kembali dilakukan screening, apakah ada telur yang kurang baik atau tidak, saat di distribusikan ke agen pun, kami sudah mengingatkan untuk melakukan checking ulang kepada sebelum di distribusikan ke KPM,” tukasnya.