Kesehatan, BogorUpdate.com
Infeksi Covid-19 varian Omicron bisa mengintai kesehatan siapa saja, bahkan terdapat peningkatan kasus terkait infeksi virus tersebut pada anak.
Mengingat wabah strain Omicron masih merajalela, orangtua harus lebih peka terhadap setiap gejala atau keluhan yang muncul pada anak. Apa saja gejala Omicron pada anak yang bisa terjadi?
Dilansir dari Klikdokter.com, Berdasarkan laporan CDC, dr. Sara Elise Wijono, MRes, menjelaskan gejala dari mutasi COVID-19 masih berkisar pada gejala yang sama dengan virus aslinya.
Adapun beberapa gejala umum dari COVID-19, di antaranya:
•Demam atau kedinginan
•Batuk
•Sesak napas atau kesulitan bernapas
•Kelelahan
•Nyeri otot atau tubuh
•Sakit kepala
•Hilangnya indra penciuman dan perasa
•Sakit tenggorokan
•Hidung tersumbat atau pilek
•Mual atau muntah
•Diare
Namun, pada akhir Desember 2021, CDC melakukan analisis dari 43 orang dengan COVID-19 yang disebabkan Omicron. Mereka yang terinfeksi varian COVID baru ini menunjukkan lima gejala khas, yakni:
•Batuk
•Kelelahan
•Penyumbatan pada hidung
•Pilek
•Sakit kepala
Gejala-gejala Omicron yang disebutkan di atas pada umumnya dapat dirasakan semua orang dengan usia berapa pun ketika terinfeksi.
Dokter Daniel S. Ganjian, MD, FAAP, dokter anak di Pusat Kesehatan Providence Saint John, California, mengatakan anak-anak yang terserang Omicron tidak mengalami kehilangan indra perasa dan penciuman seperti pada varian lainnya.
Menurutnya, gejala Omicron yang dapat terlihat pada anak adalah demam, pilek, dan batuk. Terkadang, muntah dan diare juga bisa terjadi pada anak yang terinfeksi Omicron.
Selain gejala umum tersebut, dr. Ganjian mengatakan Omicron mungkin juga menyebabkan croup atau batuk keras pada si kecil.
Melansir Verywell Health, croup umum menyerang anak dan menyebabkan pembengkakan pada laring dan trakea.
Pembengkakan itu menyebabkan saluran udara di bawah pita suara menyempit, sehingga membuat pernapasan menjadi bising dan sulit. Croup biasanya disebabkan oleh infeksi dan lebih sering terjadi pada musim dingin.
Croup kerap terjadi pada anak-anak antara usia 3 bulan sampai 5 tahun. Setelah usia tersebut, croup cenderung jarang ditemukan karena tenggorokan anak-anak yang lebih besar sudah berkembang baik dalam mencegah gangguan pernapasan.
Maya Ramagopal, MD, profesor pediatri di Rutgers-Robert Wood Johnson Medical School, mengatakan Omicron menyebabkan infeksi saluran napas bagian atas. Inilah yang menyebabkan batuk yang khas atau croup pada anak-anak.
“Saluran napas bagian atas lebih sempit pada anak-anak dibanding orang dewasa, sehingga sedikit pembengkakan saja bisa menyebabkan gejala croup,” kata Ramagopal.
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengobati croup akibat COVID-19 pada anak, di antaranya:
•Bawa anak ke udara yang sejuk. Ini dapat membantu menenangkan saluran udara anak dan memudahkannya bernapas.
•Gunakan alat pelembap udara di kamar anak saat malam hari. Udara hangat dan lembap dari humidifier dapat membantu mengendurkan pita suara.
•Gunakan uap air hangat. Anda dapat memandikan si kecil dengan air hangat atau membiarkannya menghirup uap air hangat pada wadah seperti baskom.
•Jika anak menangis, tenangkan dan bantu ia bernapas lebih pelan. Anak biasanya dapat bernapas lebih baik saat merasa tenang.
Menurut dr. Sara, cara paling aman untuk mencegah penyebaran virus corona pada anak-anak adalah tetap berada di rumah saja. Orangtua juga perlu membatasi mobilitas di luar rumah.
“Sebaiknya untuk anak tetap di rumah saja saat ini, orangtua keluar hanya untuk keperluan mendesak (harus kerja, harus berobat misalnya). Kemudian, mengurangi bertemu dengan orang lain yang tidak serumah,” ucap dr. Sara.
Jika bertemu orang yang tidak tinggal satu rumah, anak yang sudah berusia 2 tahun ke atas harus pakai masker. Bila ia sudah memenuhi syarat vaksinasi, segera daftarkan.