Kepala LIPI : Harus Sejalan Dengan Tiga Pilar

Update – Konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) lahir karena eksploitasi Sumber Daya Alam yang tidak terkendali. Konsep ini terdiri dari tiga pilar utama yakni sosial, ekonomi dan lingkungan. Ketiga pilar tersebut harus berjalan secara harmonis. Hal tersebut diungkapkan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain saat membuka Seminar Kebun Raya dan Sumber Daya Air di gedung Konservasi Kebun Raya Bogor (KRB) jalan Ir. H. Djuanda, Kota Bogor, Selasa (09/05/17).

Menurut Iskandar, pembangunan sosial tidak boleh mengorbankan pembangunan ekonomi dan lingkungan. Termasuk pembangunan ekonomi, diharapkan tidak mengorbankan aspek-aspek sosial dan juga tidak menimbulkan gradasi lingkungan (Enviromental Gradient) .

Ketika konsep kebun raya diperkenalkan kata Iskandar, LIPI mencoba melihat bagaimana mengharmonisasikan sebuah konsep konservasi dengan pemberdayaan ekonomi. “Konsevasi adalah sebuah cara untuk menuju masa depan bagi bangsa ini”, katanya.

Dia menerangkan, manfaat kebun raya khususnya bagi pemerintah daerah adalah terbukanya ruang untuk memberdayakan perekomonian masyarakat dan keberadaan kebun raya di daerah-daerah menunjukkan adanya indikasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah tersebut. “Tapi manfaat ekologis tidak terlalu banyak dipublikasikan dan dikaji, ini menjadi sebuah tantangan bagi kebun raya untuk bisa menggali dan menyuarakan lebih keras bagaimana pentingnya peran dari kebun raya selain sebagai tempat rekreasi, edukasi dan juga sebagai tempat yang mendorong manfaat perekonomian yang lebih,” paparnya.

Selain kebun raya lanjutnya, solusi mengatasi kelangkaan air juga harus dibarengi dengan pengelolaan SDA yang terintegrasi. LIPI dalam beberapa tahun terakhir telah berhasil mengaplikasikan suatu konsep ketahanan air pada suatu wilayah atau pulau kecil yang minim akses terhadap ketersediaan air bersih dengan berbagai inovasi teknologi LIPI. “Konsep ini disebut dengan One Island, One Plan, One Water,” tuturnya.

Iskandar menerangkan, secara singkat konsep One Island, One Plan, One Water menawarkan suatu pengelolaan air pada suatu wilayah atau pulau dengan sistem terintegrasi dari hulu (sumber air) hingga ke hilir (pemanfaatan air). Dalam hal ini pengelolaan air pada suatu wilayah atau pulau harus terintegrasi dalam sebuah sistem, dimana sistem terintegrasi pengelolaan sumber daya air suatu daerah akan menjadi pondasi pembangunan perekonomian daerah.

“Ketahanan air suatu daerah merupakan pondasi dari ketahanan pangan dan energi suatu wilayah yang berujung pada kesejahteraan perekonomian masyarakat di daerah tersebut,” ujarnya.

 

sumber: kabarfaktual.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *