Bencana Longsor Batutulis Menyebabkan Akses Jalan Terputus Hingga Pedagang Merugi

Oleh: Annisa Nurhasanah1, Choirunnisa Adinda Mulyana, Devalya Khumaila Zahwa, Muhammad Bagir Nurullah dan Desti Herawati, M.Pd

Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Pakuan

Kota Bogor, BogorUpdate.com – Hujan deras mengguyur daerah Bogor pada Selasa, 4 Maret 2025. menjadi salah satu daerah yang terdampak bencana alam cukup serius.

Curah hujan yang tinggi menyebabkan saluran air tidak mampu mengalirkan air dengan baik, sehingga terjadi genangan yang kemudian meresap ke dalam tanah.

Hal ini menyebabkan tanah menjadi lebih berat dan kehilangan daya tahannya. Selain itu, beban kendaraan yang melintasi jalan tersebut menyebabkan kondisi tanah lebih buruk sehingga terjadi longsor.

Kekhawatiran mengenai stabilitas tanah di kawasan tersebut memang menjadi perhatian serius bagi warga setempat, terutama setelah pengalaman pahit akibat longsor yang terjadi saat pembangunan underpass.

Penggalian tanah yang masif tanpa perhitungan yang matang dapat menyebabkan keretakan pada permukaan tanah, yang semakin parah saat hujan deras.

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi geologis dan cuaca dapat berakibat fatal.

Dilansir dari era.id, (2023) Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto menyoroti pentingnya perhitungan yang akurat dalam konstruksi untuk mencegah terjadinya bencana seperti longsor.

Ia menekankan bahwa meskipun ada faktor bencana alam yang tidak dapat diprediksi, kesalahan dalam perhitungan teknik dapat diantisipasi. Oleh karena itu, kajian cepat untuk mengidentifikasi kesalahan dan melakukan perbaikan yang sesuai dengan aspek teknis sangatlah penting.

Dilansir dari Detik News, (2025) Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim mengungkapkan bahwa penyebab longsor di Jalan Saleh Danasasmita arah Stasiun Batutulis adalah adanya saluran air atau mata air di bawah lintasan jalan.

Ia menyatakan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mengubah atau memindahkan akses jalan sebagai langkah permanen untuk mencegah longsor di masa mendatang.

Masyarakat sekitar Batutulis merasakan dampak dari bencana longsor. Jalan yang menghubungkan beberapa wilayah terputus, sehingga dapat menghambat aktivitas warga yang setiap hari melintasi jalan tersebut. Selain itu, longsor menyebabkan kerusakan pada infrastruktur jalan dan saluran air yang semakin memperparah keadaan lingkungan.

Bencana ini juga mengakibatkan pipa milik Perumda Tirta Pakuan mengalami kerusakan akibat tergerus oleh longsor sehingga menyebabkan pasokan air bersih ke beberapa wilayah sekitar terputus.

Dampak lainnya dari jalan Batutulis yang terputus adalah arus lalu lintas yang harus dialihkan ke jalur alternatif. Warga yang sebelumnya melintasi jalur Batutulis sebagai akses utama, kini harus memutar melewati BNR (Bogor Nirwana Residence) untuk kendaraan kecil dan jalur Pabuaran untuk kendaraan bermuatan besar.

Perubahan rute ini menyebabkan volume kendaraan di jalur alternatif meningkat drastis, terutama pada jam sibuk. Akibatnya, terjadi kemacetan yang cukup parah. Untuk mengurangi kemacetan, petugas dari Dinas Perhubungan (Dishub) turun langsung ke lapangan untuk mengatur lalu lintas dan membantu kelancaran arus kendaraan.

Para pedagang yang biasa berjualan di sekitar jalan Batutulis juga merasakan dampaknya. Pedagang mengalami penurunan pendapatan karena berkurangnya jumlah pembeli akibat akses jalan yang terputus.

Jika sebelumnya dagangan mereka ramai dikunjungi oleh warga maupun pengendara yang melintas, kini jalanan sepi karena orang-orang harus memutar melewati jalur alternatif.

Situasi ini menjadi pengingat bagi semua pihak terkait, termasuk pengembang dan pemerintah, untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam setiap proyek pembangunan.

Bencana longsor di Batutulis menjadi peringatan penting bagi semua pihak, terutama pengembang dan pemerintah, akan pentingnya perencanaan pembangunan yang memperhatikan kondisi alam dan geologi setempat.

Dampak seperti terputusnya akses jalan,g angguan pasokan air bersih, dan kerugian pedagang menunjukkan bahwa kelalaian teknis dapat merugikan banyak pihak.

Karena itu, keberlanjutan dan keselamatan lingkungan harus menjadi prioritas utama, disertai evaluasi menyeluruh, perbaikan infrastruktur, dan langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *