Dr Hasim Danuri Dosen IPB: Puasa Pertahankan Antibodi Tubuh dari Virus

Dr drh Hasim Danuri, DEA, Dosen Departemen Biokimia IPB University yang juga Pembina DKM Al-Hurriyyah (humas IPB)

Lifestyle, BogorUpdate.com
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Hurriyah IPB University mengadakan kajian daring (Kanda) sesi keenam. Kajian ini menghadirkan narasumber yaitu Dr drh Hasim Danuri, DEA, Dosen Departemen Biokimia IPB University yang juga Pembina DKM Al-Hurriyyah. Kajian ini mengangkat tema “Hikmah Puasa dari Aspek Biokimia Tubuh”.

Dr Hasim mengatakan salah satu kegelapan adalah kebingungan manusia dalam mengonsumsi makanan agar menjadi sehat. Banyak orang yang berasumsi banyak makan pasti sehat. Allah SWT memerintahkan kita untuk tidak makan berlebihan. Dampaknya adalah obesitas karena makanan yang masuk melebihi kebutuhan.

“Ternyata sehat karena puasa bukan hanya puasa secara mental agar menahan amarah, namun juga sehat secara fisik. Sehat metabolik adalah orang yang mampu mempertahankan sumber energi. Kadar gula darah akan mempengaruhi sel saraf dan otak. Jika kadar gula turun, dapat menyebabkan pingsan,” jelasnya.

Pada kesempatan ini, Dr Hasim menggambarkan proses metabolisme saat berpuasa. Puasa berarti tidak ada penyerapan makanan pada siang hari. Saat puasa, penyerapan di usus terjadi pada pagi hari. Penyerapan glukosa dan protein menyebabkan insulin turun. Badan mempertahankan kadar gula darah dengan menguraikan glikogen dengan proses glikogenolisis. Glikogen yang penuh akan disimpan dalam bentuk jaringan adiposa. Glikogen yang tersimpan dalam sel hati hanya bisa bertahan hingga jam 12 siang. Untuk memenuhi kebutuhan glukosa, lemak di bawah kulit diuraikan dan menghasilkan energi ATP atau disintesis menjadi glukoneogenesis. Puasa membantu enzim untuk menguraikan cadangan energi tersedia dengan cukup.

Lebih lanjut ia menerangkan orang yang sehat secara metabolik adalah orang yang mampu menguraikan cadangan energi dengan waktu yang singkat dan cepat. Orang yang obesitas mempunyai lemak yang banyak, namun tidak mampu menguraikan lemak dengan cepat. Ketika makan dan tidak berpuasa, lemak menyimpan senyawa-senyawa racun. Saat berpuasa, senyawa-senyawa racun akan dikeluarkan lewat ginjal.

Saran Rasulullah SWT saat berbuka adalah mengonsumsi yang manis seperti kurma, kolak, atau buah-buahan. Proses penguraian akan berhenti ketika kadar gula masuk ke usus saat berbuka.

“Puasa dalam Islam bukan puasa yang terus-menerus. Jika puasa dijalankan terus-menerus tanpa berbuka, maka akan terjadi stres metabolik. Selesai bulan Ramadhan, kita akan menjadi orang yang sehat secara jasmani. Proses ingestif akan lebih santai dan berkonsentrasi terhadap sintesis antibodi, sehingga puasa mempertahankan tubuh dari bakterial maupun virus. Semoga kita umat Islam dilindungi Allah SWT dari virus COVID-19,” ungkap Dr Hasim.

 

 

 

 

(ipb/end)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *