Bogor RayaHomeNewsPendidikan

Wajah Pendidikan Sedang Dilanda Tawuran, Rizki Permana Sebut Djahiliah Modern

Sekretaris Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB), Rizki Permana.

Cibinong, BogorUpdate.com – Maraknya aksi tawuran Pelajar di Bumi Tegar Beriman saat ini hingga menyebabkan korban jiwa berjatuhan, membuat sejumlah pihak geram. Salah satunya Sekretaris Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB), Rizki Permana.

Namun kegeraman Rizki, tidak hanya memberikan kritik. Ia mengaku terasa tergugah memberikan solusi bagi kemajuan dunia pendidikan di Kabupaten Bogor.

Rizki mengatakan, wajah Pendidikan yang sedang dilanda perkelahian sesama pelajar saat ini sama saja seperti Pendidikan yang terjajah oleh Djahiliah Modern, hingga nampak pula kerusakan moral (budi pekerti).

Bukan hanya terjadi di kota-kota besar melainkan sudah menjalar sampai desa yang seharusnya, mereka menjadi kaum terpelajar. Ditambah Siswa dan Siswi tak ada lagi batas dalam pergaulan hidup, yang sudah mempengaruhi alam pikiran pada kesesatan.

“Benih-benih kekerasan telah menjadi
pergaulan hidup yang modern. Sehingga merusak budi pekerti dan rohaniah, membuat hilang kendali didalam jiwa untuk dapat menahan hawa nafsunya. Itulah yang dikatakan Djahiliah modern menurut Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Cokroaminoto),” tegas Rizki saat dihubungi Bogorupdate.com, Rabu (15/3/23).

Rizki menambahkan, dengan melihat kondisi ini bisa teratasi maka dirinya pun coba memberikan beberapa alternatif solusi yang mungkin dapat berguna untuk mengurangi tawuran antarpelajar tersebut.

Diantaranya para Siswa wajib mengajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.

“Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk melarang dengan cinta kasih. Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain,” katanya.

Menurutnya, ajaran ilmu sosial budaya yang sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan. Sedangkan bagi para orang tua, kemampuannya belajar jadi sahabat anak-anaknya.

“Jangan jadi polisi, Hakim atau orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Sehingga ketika ada masalah dalam kehidupan mereka, orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak dan dewasa,” bebernya.

Masih kata Rizki memaparkan, untuk para Polisi dan aparat keamanan, jangan segan dan aneh untuk dekat dengan para pelajar secara profesional, khususnya yang bermasalah-bermasalah.

“Lebih baik tidak menggunakan acara-acara formal dalam pendekatan ini, melainkan masuk dengan cara santai dan rileks. Dengan cara ketika para pelajar ini cangkrukkan atau kumpul-kumpul, ikutlah kumpul dengan mereka secara kekeluargaan,” imbuhnya.

“Sehingga mereka akan merasa ada kepedulian dari negara atas masalah mereka,” tambahnya.

Exit mobile version