Oleh : Fitrah Amiluddin
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
No. Telp : 081514743609
Email : fitrah.ami040121@mhs.uinjkt.ac.id
Lifestyle, BogorUpdate.com – Indonesia adalah Negara dengan iklim tropis, sehingga memiliki hasil perkebunan yang beragam. Salah satunya adalah kakao yang memegang peranan penting dan menjadi andalan Indonesia dalam kegiatan ekspor. Kakao merupakan komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan dan berperan dalam pengembangan wilayah dan agroindustri di Indonesia. Biji kakao dapat menghasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Cokelat sangat bermanfaat bagi kesehatan karena tingginya antioksidan alami, sehingga dapat mengurangi resiko jantung, stroke, menurunkan tekanan darah, dan dapat memperbaiki fungsi otak. Daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia adalah Sulawesi Selatan 184.000 ton (28,26%), Sulawesi Tenggara 111.000 ton (17,05%), dan Sumatera Utara 51.000 ton (7,85%).
Harga biji kakao Indonesia relatif rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari negara produsen lain. Pokok utama permasalahan rendahnya nilai
mutu kakao Indonesia di pasar internasional disebabkan antara lain oleh hama dan umur tanaman yang sudah sangat tua Pemasaran biji kakao Indonesia telah mencapai pasar Internasional. Sebagian besar biji kakao Indonesia di ekspor ke luar negeri, walaupun sudah ada beberapa industri
pengolahan biji kakao menjadi produk setengah jadi. Perkembangan ekspor biji kakao dari Indonesia relatif menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga ini merupakan peluang
bagi Indonesia untuk dapat memperoleh pendapatan devisa dari komoditi ini. Hal yang sangat menentukan tingkat harga di pasar internasional adalah mutu biji kakao. Oleh sebab itu, yang perlu
diperhatikan oleh produsen kakao terutama Indonesia adalah kualitas dari biji kakao yang di ekspor.
Industri pengolahan kakao berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Karena industri kakao dapat membantu dalam meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan, sebagai sumber devisa Negara, serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani kakao. Produk olahan kakao yang diekspor berbentuk butter, bubuk, dan kue. Akan tetapi keuntungan yang paling besar dari produk olahan biji kakao menjadi bubuk dan cokelat batang. Faktor tenaga kerja pada perusahaan yang kurang efisien juga mempengaruhi tingkat keuntungan pada produksi bubuk tersebut. Selain itu, penjualan produk cokelat batang dan produk cokelat bubuk sangat perlu ditingkatkan oleh perusahaan.
Meski kakao merupakan salah satu komoditi unggulan namun dalam pengembangannya banyak menghadapi kendala. Kendala yang sering dihadapi antara lain: Pertama, Daya saing
produk yang rendah. Kedua, Rendahnya kualitas sumber daya manusia dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun permodalan. Ketiga, Produktivitas masih rendah karena rentan terhadap serangan hama penyakit. Keempat, Belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Kelima, Infrastruktur pendukung pengembangan agribsinis kakao masih kurang.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu: Pertama, Peningkatan produktivitas kakao melalui perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun dengan menggunakan bibit unggul dan peremajaan kebun yang sudah tua dan rusak. Kedua, Peningkatan upaya pengendalian hama penyakit pada tanaman kakao. Ketiga, Peningkatan kualitas SDM petani kakao dari sisi budidaya dan inovasi produk. Keempat, Peningkatan infrastruktur pendukung. Kelima, Pengembangan sub sistem penunjang agribisnis kakao yang meliputi bidang usaha pengadaan sarana produksi, kelembagaan petani dan lembaga keuangan.
Negara tujuan ekspor produk olahan kakao diantaranya ke Amerika Serikat, Belanda, India, Jerman, dan China. Produk yang menambah besaran dari nilai tambah adalah cokelat batang (15-45%).Produk cokelat batang dapat menghasilkan nilai tambah yang tinggi diantara produk-produk lainnya karena dari pengolahan produk mentah hingga menjadi produk siap dipasarkan. Produk tersebut dihasilkan oleh industry pengolahan skala besar serta sektor industri kecil dan menengah (IKM). Selain meningkatkan kesejahteraan para petani kakao, industri pengolahan
kakao ikut berperan penting dalam menumbuhkan wirausaha industri baru, seperti IKM cokelat. Untuk mengembangkan industri pengolahan kakao dan meningkatkan nilai tambahnya.
Pemerintah mendorong pengembangan industri hilir kakao yaitu makanan berbasis kakao dan cokelat. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mendorong promosi produk olahan kakao dan cokelat Indonesia guna meningkatkan konsumsi dalam negeri. Salah satu cara menjaga pasokan kakao yang berkelanjutan, yaitu dengan meningkatkan produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Terdapat beberapa manfaat yang terjadi dalam proses pertanian kakao berkelanjutan, yaitu: Pertama, Membantu peningkatan produktivitas panen tanpa adanya dampak buruk pada lingkungan. Kedua, Dapat menorong ketahanan pasar dan iklim. Ketiga, Dapat mendorong produk yang lebih berkualitas. Jika kita melihat ke sisi hilir, tidak banyak Industri Kecil Menengah (IKM) yang mampu bergerak di pengolahan kakao menjadi cokelat. Proses pengolahan kakao menjadi produk turunannya tidaklah mudah. Mesin pengolahan cokelat dan pengetahuan tentang pengolahan cokelat yang memadai harus dimiliki oleh IKM dan kelompok tani. Para petani hanya mendapatkan nilai tambah biji kakao dari proses pengeringan dan fermentasi. Hanya saja, prosesnya dilapangan, terdapat permasalahan sosial dan ekonomi yang menyebabkan proses fermentasi sering tidak dilakukan. Beberapa IKM cokelat yang ada dan berhasil survive menancapkan dominasinya di Indonesia sebagian dimiliki oleh pemodal asing. Tentu saja nilai tambah biji kakao yang didapatkan akan semakin baik.
Bean to bar cokelat adalah cokelat yang dibuat menggunakan biji kakao yang secara spesifik berasal dari satu varietas dan daerah tertentu. Kekhasan dari varietas biji kakao menjadikan bean to bar cokelat sering disebut single origin chocolate. Nilai tambah yang
didapatkan oleh produsen tidak hanya nilai tambah dari proses pengolahannya saja, tetapi berasal dari cerita dibalik biji yang digunakan. Bean to bar cokelat sangat cocok dikembangkan pada level
IKM maupun kelompok tani kakao mengingat produksi biji kako sudah dilakukan sendiri oleh petani. Hal ini, menjamin ketersediaan, keeksklusifan, kualitas, dan jangkuan harga biji kakao. Konsep bean to bar cokelat dapat dilakukan pada skala produksi yang kecil tergntung ketersediaan biji yang ada. Untuk menunjang konsep ini, IKM atau kelompok tani dapat mengkolaborasikan dengan kegiatan lainnya, misalnya wisata alam di kebun kakao yang diikuti tentang pengolahan cokelat. Hal ini akan menarik minat konsumen terhadap cokelat. Pada proses ini, diharapkan edukasi pada masyarakat terhadap morfologi kakao dan cokelat sehingga minat masyarakat terhadap cokelat semakin baik.
Tantangan yang dihadapi untuk memperkenalkan bean to bar cokelat adalah ketika IKM atau kelompok tani belum dikenal sama sekali oleh konsumen. Hal ini berbeda ketika IKM dan kelompok tani sudah dikenal di kalangan masyarakat. Adanya produk baru berupa bean to bar akan lebih mudah dikenal, diterima, dikunjungi, dan diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan exposure promosi berbasis internet adalah yang harus dilakukan.