Ilustrasi kopi pait. (Ist)
Kopi Pait
Oleh: Asep Syahmid
Opini, BogorUpdate.com – Kabarnya pagi ini, Rabu (19/6/24) Penjabat (Pj) Bupati Bogor, Asmawa Tosepu, akan menyambangi GOR Laga Satria Pakansari sekaligus membuka event Pekan Olahraga Pemerintah Kabupaten Bogor (PORPEMKAB).
Terinspirasi rencana kehadiran orang nomor satu di Kabupaten Bogor tersebut, mendadak otak saya dirangsang untuk menghidangkan kembali “Kopi Pait” buat penyemangat pagi hari supaya lebih berwarna buat para pembaca.
Karena kalau penulis sengaja datang ke Kantor Bupati Bogor atau ke Pendopo untuk menyampaikan ide atau gagasan, mungkin prosesnya agak ribet. Mungkin saja ini hanya sebuah mimpi penulis.
Pasalnya, penulis tidak punya pangkat dan jabatan apa-apa. Status penulis hanya “Oseng” yang cinta Kabupaten Bogor dan kerap punya sikap ingin adanya perubahan dalam tata kelola pembinaan olahraga yang dituangkan dalam “Kopi Pait”.
Dalam konteks ini, penulis hanya ingin curhat dan memberikan bocoran tipis-tipis saja kepada Pak Asmawa Tosepu yang sangat all out bertugas demi kemajuan Kabupaten Bogor walaupun statusnya hanya sebagai Pj Bupati Bogor.
Pak Asmawa Tosepu yang saya hormati, sebagai rakyat kabupaten Bogor, penulis hanya ingin menyampaikan rasa miris saja terhadap kondisi olahraga di Kabupaten Bogor yang saat ini masih belum punya Blue Print (Cetak Biru) Keolahragaan.
Padahal, Kabupaten Bogor punya tagline Sport and Tourism dan punya SDM yang potensial dari 40 Kecamatan yang ada. Namun ketika Tagline itu sudah “Mengudara” ternyata tidak dilengkapi dengan Blue Print Keolahragaan.
Disamping itu, Kabupaten Bogor punya Stadion Pakansari yamg telah menggelar final Asian Games 2018 dan punya sarana dan fasilitas olahraga yang lebih lengkap ketimbang daerah lain.
Selain itu, berapa puluh miliar tiap tahun Pemkab Bogor menggelontorkan anggaran untuk KONI, NPCI, BAPOPSI, KORMI dan juga kegiatan lain yang ada di Dispora seperti anggaran untuk PPOPM dll.
Gelontoran uang milyaran rupiah yang dikucurkan dari dana APBD Kabupaten Bogor itu, sepertinya belum sesuai dengan prestasi olahraga Kabupaten Bogor yang lebih mengedepankan Prestise sesaat dengan tetap melestarikan “Budaya Mutasi” tiap mau ada hajatan Porprov Jabar.
Anehnya lagi, Bumi Tegar Beriman tidak pernah menggelar ajang Multievent tingkat Kabupaten Bogor atau yang dikenal PORKAB maupun POPKAB. Padahal Pemkab Bogor punya APBD dan PAD yang “WOW” tapi menggelar PORKAB dan POPKAB saja tidak mampu ??? KOK Bisa !!!!
Apakah, puluhan Milyar anggaran APBD Kabupaten Bogor yang dikeluarkan tiap tahun untuk pembinaan dan kegiatan olahraga itu, sudah tepat sasaran ????
Sudah selaraskah anggaran besar yang dikucurkan itu dengan lahirnya para atlet yang menjadi juara PON, Sea Games, Asian Games atau Olimpiade asli dari binaan cabor atau lembaga keolahragaan di Kabupaten Bogor?
Mumpung Asmawa Tosepu masih menjadi orang nomor satu, dan saya masih sebagai warganya, tentunya mantan Pj Wali kota Kendari ini harus bisa menjadi inisiator atau penggagas pembuatan Blue Print (Cetak Biru) olahraga Kabupaten Bogor yang sudah harus menghilangkan kebiasaan melakukan hal-hal yang sifatnya instant.
Minimalnya, Pj Bupati Bogor harus menanyakan kepada para inohong keolahragaan di Kabupaten Bogor soal tidak adanya Blue Print Keolahragaan di Bumi Tegar Beriman, sampai saat ini.
Sebagai orang nomor satu, Asmawa Tosepu bisa langsung menjadi inspirator dan menyusun Tim Pembentukan Blue Print Keolahragaan Kabupaten Bogor.
Tanpa adanya Blue Print Keolahragaan, maka prestasi olahraga Kabupaten Bogor tetap akan berjalan ditempat dan akan selalu mengandalkan hal-hal yang instant ketika akan ada event Porprov Jabar.
Blue print keolahragaan itu sangat penting bagi Kabupaten Bogor, sebab bisa menjadi pedoman dalam pengeloaan dan pengembangan olahraga kabupaten Bogor untuk mencapai prestasi yang ditargetkan dari proses atau program pembinaan berkelanjutan.
Blue Print olahraga Kabupaten Bogor harus ada. Sebab ini akan menjadi petunjuk jalan atau pegangan bagi semua cabor dan lembaga keolahragaan dalam melahirkan para atlet juara yang berasal dari pembinaan sendiri.
Mau dibawa kemana olahraga Kabupaten Bogor, jika tidak punya Blue Print Keolahragaan? Apa masih setia dengan budaya instant.
Dispora sebagai SKPD yang menangani keolahragaan harus mau berkolaborasi dan bersinergi dengan KONI, NPCI, BAPOPSI, KORMI dan SOIna serta melibatkan tenaga ahli dalam menyusun konsep Blue Print Keolahragaan Kabupaten Bogor.
Blue Print keolahragaan Kabupaten Bogor itu bisa menjadi landasan dan pegangan tata kelola pembinaan olahraga sampai kurun waktu 10 tahun, 20 tahun atau 30 tahun kedepan.
Pj Bupati Bogor tentunya sudah sangat paham, bahwa melahirkan atlet juara lewat pembinaan sendiri tidak bisa dilakukan secara instant.
Blue Print Keolahragaan harus dibuat berdasarkan potensi keolahragaan yang ada di Kabupaten Bogor, hingga melahirkan prestasi yang memuaskan yang tidak lahir secara instant.
Prestasi olahraga daerah harus berbasis potensi yang ada, serta terstruktur dalam tata kelola pembinaanya.
Mau sampai kapan Kabupaten Bogor menyepelekan Blue Print Keolahragaan disaat guyuran anggaran yang besar tiap tahunnya kurang menghasilkan prestasi yang membanggakan dan cenderung hambar.
Tapi, ketika Kabupaten Bogor bermimpi ingin jadi juara umum olahraga tingkat Jawa Barat (Porprov), Kabupaten Bogor masih tetap menggunakan cara-cara instant yang sebenarnya menyakiti program pembinaan yang dilakukan selama ini dan menghabiskan puluhan milyar demi sebuah prestise sesaat.
Harusnya kita semua bisa berkaca pada Sang Juara Makan Kerupuk atau Panjat Pinang (Lomba Agustusan) yang saat menjadi juara level RT saja harus kerja keras, fokus, all out dan mau berkeringat.
Artinya, Tak semua prestasi hanya diraih secara instant. Karena, setiap kerja keras yang terarah dan dilakukan sepenuh hati bisa menjadi jalan menuju tangga atau podium juara lebih mudah.
Semoga sajian Kopi Pait pagi ini, walaupun terasa pait setidaknya akan membuka pola pandang dan merubah atmosfer olahraga Kabupaten Bogor yang semakin hari semakin membosankan, karena tidak ada program atau produk baru tata kelola keolahragaan yang berbasis potensi.
Hingga saat ini, tak ada panduan atau program resmi tentang strategi jangka menengah dan jangka panjang tentang bagaimana caranya mencetak atlet lokal menjadi juara internasional. (**)