Bogor RayaHomeLifestyleNews

Prof Hefni Effendi Jadi Best Presenter Pada International Conference for Fisheries and Marine Sustainability 2022

Lifestyle, BogorUpdate.com
Prof Hefni Effendi jadi best presenter pada International Conference for Fisheries and Marine Sustainability 2022 yang digelar Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, pekan lalu.

Dalam konferensi ini, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University ini memaparkan risetnya terkait pengaruh insiden tumpahan minyak terhadap komunitas plankton di perairan pesisir.

Riset berjudul Rapid Assessment of Marine Plankton Community Structure During Oil Spill ini merupakan hasil kerjasama antara Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB University dengan PHE ONWJ (Pertamina Hulu Energy Offshore West Java).

Prof Hefni Effendi menjelaskan, kerjasama PPLH IPB University dengan PHE ONWJ ini dipayungi oleh sebuah kerjasama multidisplin yang mengkaji tentang pengaruh insiden tumpahan minyak di laut sebelah utara Karawang.

“Plankton yang diamati mencakup fitoplankton dan zooplankton. Struktur komunitas diungkapkan dalam bentuk kelimpahan dan jumlah taksa (jenis) pada setiap stasiun pengamatan,” jelas dosen IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan ini.

Sementara itu, imbuhnya, kestabilan komunitas diperlihatkan dengan indeks keanekaragaman Shannon-wiener, indeks equitability dan indeks dominansi. Di lain pihak, untuk menelaah kemiripan antar stasiun pengamatan, Prof Hefni mengaplikasikan metode dendrogram klasterisasi, sehingga diketahui stasiun mana saja yang memiliki kemiripan tinggi ditinjau dari struktur komunitas.

“Pengkajian ini dilakukan ketika sedang terjadi tumpahan minyak di laut. Jadi merupakan respon cepat dari PPLH IPB University dalam menilai sejauh mana struktur komunitas plankton terpapar atau terpengaruh oleh adanya insiden ini,” ujar Prof Hefni Effendi.

Secara penilaian cepat, lanjutnya, tak tampak pengaruh yang berarti dari insiden ini terhadap komunitas plankton. Hal ini berkaitan dengan sifat minyak yang mengapung di permukaan laut (karena berat jenis yang lebih kecil) dan terdampar di pantai oleh adanya arus, gelombang, dan pasang surut.

Sementara itu, jelasnya, plankton hidupnya melayang di kolom air laut.

“Ketika pengambilan sampel plankton dilakukan, memang tak banyak tumpahan minyak yang mengapung di permukaan laut, karena langsung ditangani secara sungguh-sungguh dengan mengerahkan sejumlah petugas untuk melokalisir minyak mengapung tersebut,” tuturnya.

Menurutnya, tidak ada indikasi satu jenis fitoplankton dan zooplankton yang mendominasi, dikenal dengan istilah blooming. Keragaman pun masih memperlihatkan kestabilan yang baik.

“Juga tidak ada kejadian kematian massal plankton di laut. Dari segi dendogram antar stasiun, juga memperlihatkan kemiripan yang relatif tinggi. Namun demikian pengamatan struktur komunitas plankton ini akan dilakukan kembali beberapa waktu kemudian,” imbuhnya.

Prof Hefni Effendi menambahkan, aspek yang diteliti dalam riset ini tidak hanya menyangkut plankton, tapi juga berbagai aspek lingkungan. Seperti ekosistem (mangrove, terumbu karang, padang lamun), perikanan tangkap khususnya one day fishing, perikanan budidaya (tambak udang intensif dan tradisional, tambak bandeng), kelompok poklahsar (pengolah dan pemasar produk perikanan), wisata pantai, kondisi lahan (pasir) di pantai, kualitas air, kualitas sedimen, kualitas udara, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.

Exit mobile version