Lifestyle, BogorUpdate.com
Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, Prof Hardinsyah menjelaskan tentang pentingnya keamanan pangan berdasarkan dimensi dari sisi rantai pangan di masa Pandemi.
Adapun dimensi tersebut mencakup dalam proses produksi, pengolahan, distribusi, hingga pada saat siap dikonsumsi. Menurutnya, perlu ada peran pemerintah dan masyarakat untuk bersama menjadi keamanan pangan.
Prof Hardinsyah pun menegaskan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjadi salah satu lembaga yang berperan penting dalam mengawasi dan menjamin keamanan pangan di industri.
“Masyarakat berhak untuk mengadukan penyimpangan keamanan pangan yang terjadi di lingkungannya,” ungkapnya dalam Webinar Nasional Food Safety During The COVID-19 Pandemic yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, (06/11/21).
Menurutnya, kaitan keamanan pangan dengan pandemi Covid-19 adalah karena pangan dapat menjadi media penularan penyakit. Terutama apabila proses pengolahannya tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan.
Risikonya, katanya, pangan tidak aman akan melemahkan imunitas bahkan memperparah gejala Covid-19. Ia juga mengatakan, pangan yang tidak aman juga berisiko bagi penderita penyakit tidak menular yang bisa saja menjadi komorbid Covid-19. Belum lagi kasus keracunan makanan di Indonesia juga tergolong tinggi.
Prof Hardinsyah menegaskan bahwa BPOM telah menerbitkan infografis terkait konsumsi pangan aman dalam mencegah penularan Covid-19. Tidak hanya itu, World Health Organization (WHO) juga menerbitkan panduan lima kunci keamanan pangan dengan konsep yang mirip.
“Intinya, masyarakat harus menjaga kebersihan pangan, penyimpanannya, pengolahannya, dan pemilihan bahan makanannya,” kata Prof Hardinsyah, dosen IPB University dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Terkait dengan komorbid Covid-19, Prof Hardinsyah mengatakan, kasus obesitas di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam waktu 11 tahun terakhir, kasus obesitas meningkat hingga dua kali lipat. Terlebih lagi aktivitas menjadi kian dibatasi sehingga potensi peningkatan obesitas akan selalu ada. Oleh karena itu, ia menyarankan agar masyarakat rajin memeriksa status gizi.
Namun demikian, kata Prof Hardinsyah, banyak hal yang mempengaruhi imunitas, termasuk gizi dan makanan. Berbagai faktor seperti gizi dan pangan, faktor lingkungan, faktor gaya hidup, serta riwayat penggunaan obat dan tindakan medik saling mempengaruhi. Konsumsi pangan yang mengandung gula tinggi berisiko menurunkan imunitas. Tidak hanya itu, residu pestisida juga berisiko melemahkan imunitas.
“Masyarakat wajib menyeimbangkannya dengan mengonsumsi pangan sehat seperti buah-buahan dan sayuran yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral,” tambahnya.
Di saat pandemi, masyarakat mulai menyadari manfaat beberapa jenis pangan yang mampu meningkatkan imunitas. Misalnya air kelapa muda yang kaya dengan senyawa antioksidan dan efek antiinflamasi. Begitu juga produk prebiotik yang semakin popular dikonsumsi. Pangan lokal juga memiliki potensi dalam meningkatkan kesehatan tubuh.