HomeLifestyleNews

Penerapan Bioteknologi Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Pertanian

Disusun oleh : Adethiya Putri
Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nomor HP : 081213520764
Email : adethiyaputri175@gmail.com

Lifestyle, BogorUpdate.com – Seiring berkembangnya zaman pada era industry 4.0 saat ini teknologi semakin ditingkatkan dimana hampir semua sektor menggunakan teknologi, seperti yang sedang marak saat ini yaitu genetic engineering, advanced material, biotechnologyhal dan lain sebagainya. Kecepatan dan peningkatan produksi dibutuhkan pada sektor pertanian, digitalisasi, bioteknologi, dan kecepatan proses merupakan kunci dari revolusi pertanian pada era 4.0 saat ini.

Inovasi berbasis teknologi yang bisa diterapkan dalam memperbaiki kualitas produksi pertanian adalah dengan bioteknologi yang dimana Bioteknologi merupakan ilmu perpaduan antara pengetahuan biokimia, mikrobiologi dan ilmu rekayasa yang memanfaatkan agen hayati dan teknologi untuk menghasilkan suatu barang atau jasa yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Varietas baru yang memiliki kulaitas unggul, nilai gizi tinggi serta ketahanan tanaman dari hama dan penyakit merupakan hasil dari pemanfaatan Bioteknologi. Sementara Bioteknologi terbagi menjadi 2, yaitu bioteknologi konvesional dan boteknologi modern.

Pemanfaatkan bioteknologi di Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1983, produk olahan pertanian dari bioteknologi ini sudah banyak diterapkan, seperti dalam pembuatan tempe, oncom, keju, dan lain sebagainya sudah ada sejak lama, namun bioteknologi modern baru berkembang Ketika kementrian Pendidikan dan kebudayaan mengizinkan munculnya program bioteknologi pada tahun 1985, tentu tujuan pemerintah adalah memperluas dan meningkatkan penelitian dibidang bioteknologi pada tingkat nasional maupun internasional.

Dibandingkan dengan negara lain Penerapan bioteknologi modern di Indonesia masih tertinggal, menurut pendapat Prof. Dr Ir. Siti Subandiyah, M. Agr. Sc, selaku ketua pusat studi bioteknologi UGM menyetakan bahwah perkembangan bioteknologi di dunia internasional telah menggunakan teknologi modern, sedangkan di Indonesia sendiri keterbatasan dana, fasilitas dan bahan-bahan yang masih harus di impor merupakan hal yang menjadi faktor penyebab tertinggalnya penerapan bioteknologi di Indonesia, selain itu kehawatiran masyarakat mengenai dampak yang akan ditimbulkan oleh produk rekayasa genetik terhadap Kesehatan, lingkungan, agam, etika, juga bidang sosial dan ekonomi membuat terhambatnya perkembangan bioteknologi termasuk pada bidang pertanian. Tetapi pemerintah telah berusaha agar produk bioteknologi yang beredar aman dengan pengawasan yang ketat, produk-produk tersebut harus memenuhi syarat yang berlaku pada peraturan atau perundang-undangan, salah satu peraturan mengenai produk bioteknologi adalah Keputusan bersama empat Menteri tahun 1999 tentang keamanan hayati dan keamanan pangan produk pertanian hasil rekayasa genetik. Pemerintah kembali mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura Nomor 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/ 1999; 015A/NmenegPHOR/09/1999, tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik (PPHRG atau PRG) yang terdiri dari 48 pasal, kapber ini ditetapkan khusus untuk mengawasi dan mengatur keamanan hayati dan keamanan produk bioteknologi di Indonesia. Ruang lingkup kopber ini meliputi, (1) pengaturan jenis-jenis dan penggunaan, (2) syarat-syarat keamanan hayati dan kemanan pangan, (3) tatacara pengkajian kemanan hayati dan keamanan pangan, (4) hak dan kewajiban, serta (5) pemantauan, pengawasan, dan pelaporan.

Berbeda dengan di Indonesia beberapa negara tetangga seperti Filipina telah dapat memajukan penerapan bioteknologi pada sektor pertanian. Dimana filipina mampu memproduksi dan mengembangkan jagung rekayasa genetik, jagung rekayasa genetik itu disebut jagung Bt MON810 yang pertama kali ditanam secara komersial pada tahun 2003 dengan luas 10.769 ha (Acosta 2007, James 2003). Jagung ini memiliki resistensi terhadap hama penggerek batang, yang merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman jagung. Para petani Filipina mendapat keuntungan dari hasil penanaman jagung transgenik, khususnya jagung Bt, dari tahun 2003-2005 sebesar 8 juta dolar AS (James 2006). Hal ini menjadikan Filipina sebagai negara pertama di ASEAN yang telah mengadopsi bioteknologi.

Hal itu membuktikan bahwa bioteknologi memiliki potensi yang menguntungkan yang dimana dalam penelitian bioteknologi memiliki manfaat seperti, (1). Tumbuhan menjadi mampu mengikat nitrogen dimana Nitrogen (N2) merupakan unsur esensial dari protein DNA dan RNA. Pada tumbuhan polong-polongan sering ditemukan nodul pada akarnya. (2). Membuat tumbuhan menjadi tahan akan hama dengan rekomendasi gen dan kultur sel melalui rekayasa genetik, (3). Gasbio (metana) dan gasohol (Alkohol) dapat menjadi bahan bakar masa depan yang merupakan dihasilkan dari Bioteknologi fermentasi limbah, (4). Bioteknologi dalam Pembentukan Varietas Tanaman Unggul Baru

Banyaknya tanaman kultivar/variatas baru yang disebut tanaman trangenik merupakan tanda pemanfaatan bioteknologi dibidang pertanian, yang mempunyai sifat tertentu. Teknologi Tanaman Transgenik merupakan tanaman yang telah disusupi DNA asing sebagai pembawa sifat yang diinginkan. Dapat berasal dari DNA tumbuhan yang berbeda. Beberapa tanaman pertanian telah menggunakan Teknologi transgenik ini seperti jagung, kedelai, tomat, padi, kapas, dan papaya. Pada jagung menghasilkan protein yang dapat membunuh serangga, seperti kupu-kupu karena telah dimasukkan gen cry dari Bacillus thuringiensis disebut dengan jagung Bt, Pada tanaman kedelai telah dimasukkan beberapa gen yang menyebabkan variasi pada kedelai. Tanaman trangenik sudah kebal dengan hama dan penyakit sehingga penyemprotan pestisida ttdak diperlukan sebab sisipan gen tersebut akan menghasilkan senyawa endotoksin (senyawa racun) sehingga tanaman transgenik dapat membrantas hama dengan senyawa yang dikandungnya.

Dengan pengembangan Varietas merupakan upaya peningkatan hasil produk pertanian, bibit, hingga benih tanaman merupakan salah satu aspek penting untuk perbaikan dan peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia, pengembangan varietas di lahan marginal adalah tatangan di bidang pertanian, luasnya lahan marginal yang meningkat dan tututan peningkata produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan. Pemanfaatan bioteknologi untuk lahan marginal dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pengembangan varietas toleran berpotensi untuk perbaikan hasil dan perbaikan kondisi agroekosistem lahan sub-optimal. Oleh karena itu, varietas tersebut perlu diarahkan untuk pengembangan perakitan varietas yang dapat menghasilkan bibit dan benih tanaman toleran yang unggul, perakitan varietas merupakan menggabungan sifat unggul dari dua tanaman atau lebih yang dilaksnakan dengan memindahkan unsur-unsur genetik sari tanaman yang satu ke tanaman lain, baik secara konvensional maupun secara modern, dimana tanaman dimaksud mempunyai kemampuan untuk beradaptasi di lahan marginal, namun tetap dapat menghasilkan produk yang secara kualitas dan kuantitas lebih tinggi. yang mempunyai sifat-sifat unggul dan dapat memberikan manfaat bagi manusia (Lubis, 2005).

Sangat banyak hal yang wajib dibenahi agar pemanfaatan bioteknologi khususnya pada sektor pertanian di Indonesia berjalan dengan maksimal. Seperti diperlukannya kebijakan dalam menetapkan teknologi yang akan digunakan untuk menunjang pembangunan pertanian, Hal ini sangat erat kaitannya dengan alih teknologi yang tidak dapat dipisahkan dari hak atas kekayaan intelektual yang wajib kita kuasai. Dengan pengembangan sumber daya manusia yang mampu dan terampil dalam malakukan ngolahan serta pengkajian risiko membuat pemanfaatan bioteknologi tersebut lebih efektif dan aman.

Exit mobile version