Rancabungur, BogorUpdate.com – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, dan bisa digunakan untuk belajar juga menjadi tempat kebersamaan dan komunikasi antar masyarakat.
Seperti yang dilakukan oleh Pemdes Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, dengan membangun taman bacaan untuk anak. Lewat Kampung ramah lingkungan (KRL) Glatik Resik di RW 08, pihaknya membuat taman baca untuk anak
“Kami sudah membuat kelompok kerjanya dan membuat struktur bagian kerjanya, kami berbahagia bahwa masyarakat begitu antusias atas dibentuknya KRL ini. Ada beberapa kegiatan yang kita lakukan di KRL, pertama kita bikin taman bacaan untuk anak-anak membaca,” kata Kepala Desa Bantarsari, Lukmanul Hakim, Selasa (24/9/24).
Menurut Lukman, saat ini sudah ada 37 anak yang terdaftar untuk membaca buku di taman bacaan. Buku tersebut berasal dari Perpustakaan Nasional.
“Kedepan kita akan formulasikan tidak hanya anak baca, tapi nanti akan menghadirkan pendongeng, supaya anak lebih semangat kemudian nanti akan kita akan selingi dengan belajar bahasa Inggris,” ujarnya.
Tujuan kedepannya, lanjut Lukman KRL ini punya icon Kampung Inggris dan bahasa Arab. Pengenalan dua bahasa ini yang akan digenjot kepada anak-anak agar mereka bisa menggunakan bahasa tersebut dikehidupannya sehari-hari.
“Yuk kita bangun desa kita itu menjadi Desa pintar ya salah satu diantaranya ajari anak literasi, karena hari ini anak-anak kita lemah di sini, mereka banyaknya di handphone aja, kan sayang begitu. Mereka generasi emas yang nanti akan kita siapkan menjadi Indonesia emas tahun 2045,” tuturnya.
Dia berharap nanti desa lain juga ikut mensupport lewat Apdesi, agar anak-anak kedepanya tidak hanya Kampung ramah lingkungan, tapi Kampung ramah anak.
“Seperti diketahui, saat ini tempat bermain mereka di mana, mereka butuh suasana yang kemudian seperti dulu, nah kemarin tuh kita bahas sama pengurus KRL,” bebernya.
“Kedepanya yang mana budaya permainan anak-anak kita dulu seperti main gatrik, congklak dan lainya kita akan lestarikan, kita akan terus kenalkan lagi kepada anak-anak kita. Karena anak-anak tidak tahu permainan tradisional dulu. Dan terus akan menjadi budaya sunda yang melekat,” tutup Lukman. (Dyn)