Gunung Putri, BogorUpdate.com – Miris, Tiga ruang kelas belajar mengajar SDN 02 Bojong Nangka, yang terletak di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, tidak memakai bangku dan meja (Meubeler). Murid belajar dilantai beralaskan karpet.
Salah satu wali murid Es mengatakan, sudah hampir satu minggu para siswa belajar dilantai dengan menggelar karpet, tidak menggunakan bangku dan meja layaknya sekolah lain.
“Ya, hampir satu minggu ini anak saya belajar dilantai, yang beralaskan karpet. Dan karpet juga hasil iuran orang tua siswa yang dipinta pihak sekolah sebesar 12 ribu per siswa dari kelas 1 sampai Kelas 6, kurang lebih ada 500 siswa lah,” ucap Es kepada Bogorupdate.com.
Selanjutnya, Ia juga mengeluhkan dengan adanya pembelajaran seperti ini, sampai kapan para murid belajar menggunakan bangku dan meja.
“Saya sangat prihatin melihat anak saya belajar dilantai, sampai kapan akan seperti ini. Saya meminta kepada pihak sekolah agar secepatnya mengadakan bangku dan meja, agar siswa nyaman untuk belajar,” harapnya.
Bukan masalah tidak ada meja dan kursi saja, sebelumnya di sekolah itu juga siswa di pinta untuk membawa semen, masing masing siswa dipinta satu sak semen.
“Kita juga dipinta semen sama sekolah, masing-masing siswa disuruh bawa 1 sak semen. Untuk pembuatan jalan dibelakang, kira-kira tahun yang lalau,” jelasnya.
Sementara Siti Marsitoh Kepala Sekolah SDN 02 Bojong Nangka mengatakan, dari dulunya sebelum dirombak bangku itu sudah banyak yang rusak, ada sebagian disisihkan ke kelas-kelas yang ada, akhirnya betul betul nol yang tiga kelas itu tidak kebagian bangku.
“Kalau tiga kelas itu tidak dipakai kan mubazir, karena kalau yang kebagian siang pulangnya jam 5. Bagaimana kalau tiga kelas itu diefektipkan agar kelas 3 dan 6 jangan siang terus pulangnya. Saya bilang bagaimana ibu-ibu kalau bawa meja nanti dibawa pulang lagi meja belajar buat lesehan, akhirnya sudah dipakai begitu orang tua juga senag pulangnya lebih cepat,” cetusnya.
“Kemarin memang ada bangkunya sebelum pengerjaan yang atas meubeler ini satu paket dengan yang diatas, dan otomatis yang dibawah ini ditaikan ke atas, karena kita juga tidak mau ambil pusing, karena dari disdik juga ada yang monep,” sambungnya.
Terkait adanya pungutan semen 1 sak, Ia juga menjelaskan, Pertama yang mengenai semen 1 sak, waktu itu dibelakang kantin jalannya jeblok, WC juga banyak yang rusak, disini murid ada 592 dan WC pada jebol, rusak, karena memang belum ada bantuan dari pemerintah.
“Kalau kami tuh disini bukan pungutan, tapi lebih ke sumbangsih atau partisipasi sehubungan tidak ada di kaper dari dana BOS maka otomatis kita memohon kepada orang tua sama-sama berpatisipasi untuk kepentingan anak semua,” jelasnya.
“Nah Kebetulan karena kita ngobrol dengan komite, bagaimana bu dekat kantin ada lapangan juga untuk dipergunakan supaya tidak jeblok kita pelur nah itu bagaimana caranya saya menyerahkan kepada komite. Sekolah mah tidak akan meminta uang, atuh minimal mah bawa bawa semen satu sak mah, kata saya begitu yang penting dikelola oleh komite,” ucapnya
Lebih lanjut, Ia juga menyampaikan, Itu semuanya komite yang megang bahkan melibatkan LSM mereka yang mengerjakan, dan itu kesepakatan orang tua.
“Karena kita juga rapat dulu waktu pembagian rapot, kita rapat untuk program sekolah siap atau tidak di kaper oleh dana BOS dan yang tidak di kaper oleh dana BOS bagaimana ini untuk kenyaman anak, ibu-ibu memang ada yang setuju dan ada yang tidak, yang setuju silakan yang tidak setuju ga usah dipaksakan,” paparnya
“Akhirnya berjalan komite yang menangani, kalau sekolah mah terima beres ga tau apa apa hanya menginformasikan kalau sekolah pingin begini tapi bagaimana caranya,” tukasnya.