Foto pesona alam Raja Ampat
BogorUpdate.com – Setelah sukses menggelar Festival Suling Tambur pertama tahun 2018, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat Papua Barat kembali mengadakan festival yang sarat dengan budaya lokal.
Karena Raja Ampat tidak saja kaya dengan potensi sumber daya alam seperti kekayaan bawah laut dan panorama alam tetapi juga memiliki kekayaan budaya yang melekat erat dalam entitas masyarakat Raja Ampat.
Festival yang bertujuan mengenalkan budaya leluhur Raja Ampat ini akan berlangsung di kampung Kabare distrik Waigeo Utara, Kabupaten Raja Ampat pada 18-20 September 2018.
Festival Suling Tambur dikemas dalam bentuk perlombaan yang terbuka untuk umum. Tidak hanya bagi warga kampung Kabere, Waigeo Utara, namun bagi semua orang di kabupaten Raja Ampat dan sekitarnya.
Suling dan tambur dikenal sebagai musik tradisional masyarakat adat Raja Ampat. Tambur adalah alat musik khas Raja Ampat yang kerap dimainkan saat ada acara adat.
Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul. Biasanya, pemain tambur mengikat tambur di badan dengan menggunakan tali.
Selain tambur, ada juga suling yang merupakan alat musik khas masyarakat Raja Ampat. Suling ini dibuat dari batang bambu. Satu batang suling memiliki tujuh buah lubang.
Perpaduan keduanya menghasilkan irama musik dengan lagu-lagu khas Raja Ampat. Para penari yang terlibat akan menggunakan seruling dan tambur untuk menghasilkan bunyi-bunyian.
Setiap grup suling tambur terdiri dari para penabuh tambur yang biasanya kaum lelaki dan pemain suling yang biasanya perempuan. Lalu, di belakangnya ada para penari.
Jadi ketika menonton saling tambur penonton tidak hanya mendengarkan merdunya musik tambur yang dipadu dengan irama suling. Tetapi pengunjung juga akan menyaksikan aksi para penari.
Di Kabupaten Raja Ampat tari Suling Tambur boleh dikatakan menjadi ikon budaya. Sangat kerap ditarikan dalam berbagai acara.
Konon kabarnya, tradisi ini dipopulerkan oleh William Ottow dan Johan Gottlob Geissler, seperti dikutip Tempo.com.
Kemudian masyarakat Raja Ampat mementaskan musik suling tambur dalam perhelatan formal seperti acara keagamaan dan acara pemerintahan. Selain itu juga upacara adat seperti melamar gadis atau pesta pernikahan atau acara-acara lain yang melibatkan seluruh masyarakat baik di tingkat kampung, distrik, maupun kabupaten.
Karenanya, setiap kampung di Raja Ampat biasanya memiliki grup suling tambur. Tentu mereka juga memiliki perlengkapan musik suling dan tambur.
Dikutip detikcom, dengan suling dan tambur masyarakat kerap memainkan lagu berjudul Umbine. Dalam bahasa Indonesia berarti Saudara. Tidak heran jika tarian suling tambur juga dimaknai dengan arti kebersamaan.
Sebab, tarian ini melibatkan semua orang. Tidak hanya penari tetapi juga penonton.
Karena itu peran pemimpin tarian atau mayoret memegang peranan penting. Sebab, mayoret yang bertugas untuk mengajak orang di sekitar melebur dalam barisan tarian suling tambur. Tanpa melihat perbedaan dan menyatu gerak dan tari mengikuti musik.
Kini musik tradisional ini juga digunakan saat dilakukan acara-acara besar serta penjemputan tamu yang datang ke Raja Ampat. Dan penyambutan wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat.
Bahkan tarian suling tambur menjadi salah satu favorit dalam festival tahunan yang biasanya diselenggarakan setiap bulan Oktober, yaitu Festival Pesona Raja Ampat.
Menurut Ketua Panitia Festival Suling Tambur, Orideko Burdam, kegiatan festival ini tidak hanya mengenalkan keindahan alam Bahari Raja Ampat. Adat dan budaya unik juga akan ditampilkan agar lebih dikenal dan menjadi daya pikat wisatawan.
“Pemda Raja Ampat berbesar hati untuk menggelar festival ini dengan tujuan mengangkat budaya Raja Ampat. Karena, semua tahu bahwa setiap ada event besar Suling Tambur selalu terdepan juga menjadi tontonan, sehingga tidak ada salahnya kali ini menjadi event utama festival,” ujar Orideko Burdam kepada Okezone.com.
Lebih lanjut dikatakan Orideko, ini adalah kali pertama perhelatan besar seperti festival diadakan di kampung, di luar Kota Waisai. Tidak menutup kemungkinan pada tahun berikutnya, festival akan dilakukan di distrik lain.
“Terpenting infrastruktur pendukung siap, wilayah kampung bersih, dan masyarakat juga mau menyambut dengan antusias,” pungkasnya.
Editor : Endi | Beritagar.id