BOGORUPDATE.COM – Jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, tengah diguncang Polemik internal. Dimana pokok permasalahannya soal penolakan mutasi pendeta G. Saragih.
Suasana seolah makin keruh dengan adanya indikasi provokasi yang dilakukan seorang pendeta yang mengancam akan mengerahkan massa. Tak pelak, hal itu membuat sejumlah jemaat khawatir akan terjadinya perpecahan.
Berdasarkan pantauan di lokasi, mereka yang menolak SK Mutasi Pendeta G. Saragih memasang spanduk penolakan pergantian pendeta G. Saragih dengan pendeta baru.
Koordinator aksi, Rittar Bakara menyampaikan agar pusat mendengar supaya G. Saragih yang sudah berperan di Gereja HKBP ini tetap bertahan dan pembangunan gereja tetap berlanjut.
“Ini merupakan aspirasi dari hampir 1.600 tanda tangan yang mendukung Bapak G. Saragih tetap di sini, bertahan. Kami berharap pendeta Saragih bertahan paling tidak satu tahun lagi sampai pembangunan tuntas,” ungkap Rittar sekaligus koordinator aksi, Kamis (29/8/2019).
Ditambahkannya, SK yang diturunkan Pearaja (Pusat HKBP) tersebut dianggap semena-mena karena Pendeta Saragih baru tiga tahun menjabat. “Kami sudah mengajukan ke pusat agar mempertimbangkan kehadiran pendeta baru mengingat saat ini pembangunan Gereja belum tuntas. Jemaat juga mendukung agar jangan dulu ada pergantian pendeta. Saat ini kan Pak Saragih sedang membangun, namun tiba-tiba beliau mau diganti. Kami minta lah minimal setahun lagi pak Saragih di sini untuk menuntaskan pembangunan,” tambahnya.
Di tempat terpisah, salah seorang tokoh masyarakat Batak yang juga Jemaat Gereja HKBP Cibinong yang enggan namanya dipublikasikan menyayangkan adanya aksi pengerahan massa karena dapat memecah belah persatuan jamaah HKBP.
“Kami sebagai jemaat menyayangkan adanya demo. Karena dengan demo itu sudah menyangkut individu-individu lain. Mayoritas jemaat HKBP tidak setuju dengan adanya demo,” katanya.
Menyoal alasan pembangunan, ia menampik bahwa itu bukan alasan untuk menolak SK. Sebab, siapapun, termasuk pendeta pengganti bisa melanjutkan pembangunan tersebut.
“Turunnya SK kan sudah ditetapkan sesuai dengan organisasi, jadi patuhi saja aturan itu. Kemudian siapapun yang melanjutkan pembangunan, tentu tidak masalah karena pembangunan itu kan dari jemaat, oleh jemaat dan untuk jemaat. Jadi harus ada pemahaman ke sana. Jangan khawatirkan soal pembangunan, karena mutasi Pendeta tidak memengaruhi pembangunan, harus paham ya,” ujarnya.
Dijelaskan, semua pihak yang menolak mutasi pendeta seharusnya memahami, mematuhi patuh dan tunduk pada SK Pearaja, tidak ada alasan apapun. Sebab, secara organisasi (ideal) Pearaja paham segala situasi gereja, termasuk perpindahan pendeta, sehingga tidak ada alasan apapun untuk melawan SK.
“Jadi saat ini ada pihak yang tengah berupaya membangun persepsi agar SK itu dinilai semena-mena, padahal tidak, pusat lebih tahu. Maka kami menyayangkan adanya pihak tertentu yang disinyalir ikut campur terhadap keputusan pusat, keputusan Pearaja. Jika semua pihak melawan SK Pearaja, maka di HKBP ini akan ribut terus. Tolonglah hargai keputusan pusat karena secara organisasi itu harus dijalankan agar menjaga tatanan,” tambahnya.
Terakhir, ia berharap agar polemik ini segera selesai tanpa harus ada pengerahan massa yang justru malah menambah kekacauan.
“Sekali lagi, terima saja keputusan pusat dan tak perlu ada demo yang menjadi provokasi seperti ini. Kita organisasi, semua ada aturannya, jadi hormati aturan itu,” pungasknya. (End/Js)
Editor : Endi