Bogor RayaHomeLifestyleNews

Hanya 8 Persen Ular di Indonesia Yang Berbisa dan Mematikan, Ini Penjelasannya

Lifestyle, BogorUpdate.com
Menurut Pustaka Suratama, anggota Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB University, hanya delapan (8) persen ular di Indonesia yang berbisa dan mematikan bagi manusia.

Banyak orang yang menganggap bahwa semua ular itu berbisa.

Ular merupakan hewan melata yang umum berada di sekitar manusia. Mereka menghuni hampir di setiap tempat. Seperti hutan, sawah, perkebunan, pesisir, laut hingga di sekitar pemukiman warga.

“Dianggap sebagai makhluk yang membawa petaka untuk beberapa orang, ular memiliki peran penting dalam suatu ekosistem. Terutama dalam mengendalikan siklus ekologi atau rantai makanan. Selain itu, pada dunia medis, bisa racun ular digunakan sebagai bahan penelitian pengobatan. Dan yang paling umum adalah untuk pembuatan SABU (Serum Anti-Bisa Ular),” jelas Pustaka Suratama.

Menurut Pustaka Suratama, kesalahpahaman masyarakat mengenai ular yang masih sering ditemui saat ini harus diluruskan. Mulai dari isu ular yang suka menyerang manusia, ular berbisa pasti berkepala segitiga, hingga ular jadi-jadian yang berwarna putih.

“Sebenarnya ular takut apabila bertemu dengan manusia dan justru akan memilih untuk kabur menghindarinya. Mereka hanya akan menyerang apabila merasa terancam dan terpojok. Kemudian mengenai ular yang memiliki kepala berbentuk segitiga pasti sangat berbisa dan mematikan. Faktanya banyak ular yang berkepala bulat atau oval juga berbisa dan mematikan,” tuturnya.

Terakhir, lanjutnya, ular yang berwarna putih merupakan akibat kelainan genetik, bukan makhluk jadi-jadian ataupun siluman. Hal tersebut karena beberapa varian ular seperti albino, sulfur, hypomelanistic, dan leucistic yang menyebabkan warna ular menjadi aneh dan unik.

“Untuk mengenal ular secara lebih dekat, kita harus mengetahui siapa sebenarnya ular dan mengapa ular menjadi sesuatu yang cukup dihindari, bukan dibenci atau dibasmi,” imbuhnya.

Pustaka Suratama, menjelaskan bahwa ular merupakan hewan melata yang tergolong di Kelas Reptilia, Ordo Squamata, dan Subordo Ophidia. Tidak berkaki, tidak memiliki telinga eksternal.

“Ular juga tidak memiliki kelopak mata, ini yang unik. Lalu, bagaimana ular mengenali lingkungan sekitarnya. Banyak jenis ular yang lebih mengandalkan lidah daripada matanya untuk mengenali lingkungan sekitar. Lidah bercabang yang berfungsi menangkap partikel di udara yang kemudian diidentifikasi oleh organ jacobsonii dan diteruskan ke otak menjadi sumber utama ular mengetahui kondisi lingkungan di sekitarnya,” tuturnya.

Menurut Nathan Rusli, Herpetolog Indonesia, tidak hanya lidah yang digunakan oleh ular untuk mengenali lingkungan sekitar. Namun, ada juga jenis ular seperti ular pucuk (Ahaetulla prasina) yang memiliki penglihatan yang cukup baik dan tidak sepenuhnya mengandalkan lidahnya.

“Beberapa jenis ular di Indonesia seperti pit viper dan python memiliki sensor panas pada bagian bibir atas, atau di antara mata dan lubang hidung,” ujar Nathan Rusli.

Sebagai upaya bertahan hidup, tambahnya, mencari makan dan pertahanan diri, ular dianugerahi gigi taring, bisa dan kemampuan melilit yang kuat.

“Tidak semua ular berkepala segitiga itu berbisa. Dan tidak semua ular berbisa berwarna terang mencolok. Contohnya adalah ular pucuk (Ahaetulla prasina) dengan ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris). Keduanya berwarna hijau dan kepalanya berbentuk segitiga atau meruncing. Perbedaannya, ular bangkai laut memiliki bisa mematikan dan berbahaya bagi manusia. Sementara ular pucuk bisa racunnya hanya bekerja pada mangsanya (bukan manusia),” imbuhnya.

Selain itu, lanjutnya, ular kobra jawa (Naja sputatrix) memiliki bisa yang sangat mematikan tetapi memiliki bentuk kepala bulat atau tidak meruncing.

Lantas, bagaimana kita dapat mengetahui mana ular yang berbisa dan tidak berbisa?
Nathan menjelaskan bahwa belum ada cara yang mudah dan sederhana untuk mengenali ular berbisa dan tidak berbisa. Hal ini karena beberapa jenis ular memiliki penampakan luar (morfologi) yang sangat mirip dengan ular berbisa, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, hal pertama jika bertemu ular adalah menganggap semua ular itu berbisa dan mematikan bagi manusia.

Apa yang harus dilakukan jika bertemu ular?
“Bila bertemu ketika sedang berjalan, segera menjauh secara tenang dan hindari gerakan yang mengagetkan si ular. Lebih baik mencari jalan lain meskipun lebih melelahkan daripada harus beradu dengan ular,” jelasnya.

Ia menambahkan, jika bertemu ular di dalam rumah, bergegaslah mencari tongkat yang cukup panjang seperti sapu atau benda panjang lainnya untuk mengusir atau memindahkan ular tersebut. Namun, apabila kedua hal tersebut tidak mungkin untuk dilakukan, teriaklah untuk meminta pertolongan. Hubungi pihak keamanan terdekat atau kelompok penyelamat ular untuk me-rescue ular tersebut.

“Alam liar memang keras dan menakutkan bila kita tidak mengenalinya. Pahami bahwa setiap makhluk ciptaan Tuhan memiliki hak untuk hidup dan memiliki perannya masing-masing. Oleh karena itu, jaga kelestarian alam sekitar agar ekosistem tidak terganggu dan jangan mengusik kehidupan makhluk lain,” ungkapnya.

Exit mobile version