Bogor RayaHomeNewsPolitik

Fenomena Kaum Milenial Terjun ke Politik Praktis, Kang Yus: Harus Berproses Bukan Faktor Dinasti

Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi.

Cibinong, BogorUpdate.com – Banyaknya generasi milenial (kaum muda) terjun ke dalam politik praktis menjadi fenomena yang menarik. Bahkan tak sedikit dari mereka, maju menjadi bakal calon legislatif (Bacaleg) atau eksekutif.

Namun tidak sedikit masuknya kelompok milenial atau anak muda ke dalam daftar Bacaleg hampir di semua level karena faktor dinasti.

Dimana mereka merupakan anak, keluarga dan saudara yang saat ini sedang berkuasa, baik di eksekutif maupun legislatif.

Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi mengatakan fenomena masuknya kaum milenial banyak yang melirik politik praktis bahkan menjadi Bacaleg, sebagai tempat memperjuangkan hak politiknya, menjadi hal sangat menarik.

“Berharap ini sebuah indikasi kesadaran politik bagi kaum muda. Walaupun tentu saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merespon banyaknya kelompok milenial yang masuk ke dalam bursa bakal calon anggota legislatif,” katanya kepada BogorUpdate.com, Jum’at (14/4/23).

Kang Yus sapaan akrabnya itu menyebutkan, salah satu langkah yang harus diambil oleh kaum milenial dalam berpolitik ialah mengutamakan proses. Usia muda tentu saja masih panjang langkah aktifitasnya. Oleh karena itu proses harus menjadi orientasi utama dibandingkan kekuasaan.

“Hal ini penting, karena kematangan dan kedewasaan dalam berpolitik praktis sangat dibutuhkan. Adapun kedewasaan dan kematangan hanya akan bisa didapatkan lewat proses yang baik,” bebernya.

“Masuk menjadi bakal calon legislatif harus dipastikan salah satu cara berproses, namun tidak diinisiasi orientasi kekuasaan. Jika orientasi dominanya kekuasaan, maka ketika gagal maka yang terjadi patah arang, frustasi dan menyesal,” tambahnya.

Lalu, lanjut Kang Yus, persoalan dinasti politik. Tidak sedikit masuknya kelompok milenial atau anak muda ke dalam daftar Bacaleg hampir di semua level karena faktor dinasti.

“Sehingga tidak ada faktor lain ketika terpilih dan jadi anggota legislatif selain faktor dinasti. Karena ayahnya, ibunya, pamanya, kakaknya ada saudaranya yang sekarang sedang berkuasa. Kondisi ini sangat tidak baik, karena tidak akan kuat perbaikan kualitas anggota legislatif ke depan,” tegasnya.

“Bahkan terkesan dipaksakan untuk menjadi aktor politik elit walaupun secara kualitas ga jelas dan secara basis tidak mengakar,” sambungnya.

Lalu, kematangan psikologis. Tentu saja usia muda bukan juga menunjukan sosok yang tidak dewasa. Bahkan kita tidak sedikit diberikan gambaran anggota legislatif yang sudah pada tua secara usia namun perilakuknya ke kanak-kanakan.

“Walaupun demikian, secara psikologis dari berbagai ahli dan literasi usia muda menjadi usia yang tidak stabil psikologinya. Padahal stabilitas pemikiran, psikologis dan konsistensi merupakan hal yang sangat penting dalam mengambil berbagai kebijakan,” ujarnya.

Kemudian, kata Kang Yus, dalam konteks moral. Pembeliaan dan struktur pemerintahan, baik itu di lembaga eksekutif maupun legislatif tidak dengan serta merta akan menyelesaikan masalah mentalitas dan moralitas.

“Tidak sedikit bagi mereka kaum muda yang sudah menjadi pejabat negara terjerat perilaku koruptif. Begitupun aktor politik tua (senior),” jelasnya.

Exit mobile version