Ekobis, BogorUpdate.com
Kondisi tubuh yang sehat diperlukan pada pandemi Covid-19. Salah satu tips menjaga kesehatan yang lebih disukai oleh World Food Program adalah “Go, Grow, and Glow”. Grow Foods berisi protein hewani dan nabati. Salah satu contoh grow food adalah kacang hijau.
“Pada new normal, pola konsumsi pangan Indonesia menuju pola pangan yang lebih berimbang. Namun sumber protein hewani, sayur, dan buah kita masih banyak yang impor. Kondisi ini yang akan meningkatkan defisit neraca perdagangan,” terang Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB University, Prof Muhammad Firdaus pada webinar “Peluang Bisnis Pangan Berbasis Kacang Hijau yang Prospektif dan Memiliki Khasiat Istimewa bagi Kesehatan”, belum lama ini.
Adapun webinar ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Menurut peraih World Intellectual Property Organization Awards tahun 2016 ini, pangan pada produk non karbohidrat dapat memberikan manfaat makroekonomi yang lebih tinggi. Manfaat yang diperoleh adalah dianggap tekanan inflasi pangan dan meningkatkan pendapatan masyarakat riil.
Prof Firdaus menjelaskan bahwa dua pertiga produksi kacang nasional berada di Jawa Tengah. Produktivitasnya mencapai lebih dari satu ton per hektar. Hasil ini lebih unggul dibandingkan China dan Australia.
“Pendapatan usahatani kacang hijau pun lebih kurang sama dengan usahatani padi sawah,” jelasnya.
Menurutnya, selain menjadi negara pengekspor, Indonesia menjadi importir kacang hijau terbesar kedua di dunia.
“Kita tidak seharusnya ‘anti-impor’ karena Indonesia selalu ekspor. Namun sebaiknya Indonesia tidak sering mengimpor kacang hijau. Di Indonesia mung bean disebut kacang hijau, padahal jenis mung bean beragam. Kacang-kacangan belum menjadi prioritas utama, kecuali kacang kedelai. Baik pasar ekonomi maupun pasar ekspor, nilai ekonomi kacang hijau tidak bisa diremehkan,” ungkap mantan anggota Tim World Trade Organization Indonesia di sektor pertanian ini.
(ipb/bu)