Departemen Biologi IPB: Ada 9 Genom COVID-19 di Indonesia, Jepang 130 Genom

Pemerintahan, BogorUpdate.com
Per 21 Mei 2019, kasus baru COVID-19 di Indonesia bertambah sebesar 973 kasus dengan jumlah pasien yang bertambah lebih dari 4.500 pasien. Nampak, COVID-19 masih menjadi masalah global yang terus dicari cara untuk memeranginya. Karena itu, setiap negara melancarkan berbagai cara, salah satunya memperbanyak penelitian tentang virus baru ini.

Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menyelenggarakan webinar yang membahas penelitian terbaru yang dilakukan oleh kedua negara terdampak, yaitu Jepang dan Indonesia.

Mengundang Dr Rika Indri Astuti, dosen mikrobiologi Departemen Biologi Universitas IPB dan I Ketut Gunarta, asisten profesor di Universitas Kanazawa Jepang, jumat (22/5/20), acara ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Alumni Jepang (PERSADA) Cabang Bogor dan Perhimpunan Biologi Indonesia Universitas IPB.

Sebanyak lebih dari 16 ribu kasus diterima di Jepang dengan angka pulih sebesar 12 ribu pasien. Sejak Februari 2020, Jepang menggelontorkan dana sebesar 2,03 miliar yen untuk penelitian COVID-19, sedangkan di Indonesia menganggarkan dana sebesar 90 miliar rupiah. Dana ini dialokasikan untuk penelitian, metode, obat, dan vaksin.
Metode belanja yang banyak dipakai di Jepang adalah RT-LAMP. RT-LAMP sendiri merupakan modifikasi dari PCR. Kelebihan dari alat ini adalah kecepatan dan keakuratan yang tinggi. Kit dari RT-LAMP sudah dipasarkan namun masih di taraf harga yang tinggi. Gunarta mengatakan jika kit ini dapat dikembangkan di Indonesia maka akan sangat baik hanya membutuhkan pemanas untuk menjalankan alatnya.

Setelah metode dilakukan, tentu diperlukan obat untuk para pasien. Remdesivir didapuk menjadi standar pengobatan untuk COVID-19 di beberapa negara, salah satunya Jepang. Di Indonesia sendiri telah diperbarui tentang penggunaan Remdesivir untuk pasien COVID-19 namun masih belum memiliki jumlah masif penggunaan obat ini di Indonesia.

Menurut Dr Rika, sejak mengubah pertama kali, virus COVID-19 memperbaiki perubahan atau mutasi. Untuk itu diperlukan data tentang perkembangan virus ini agar dapat diketahui potensi apa yang akan terjadi di masa depan juga untuk mencari vaksin atau obat terbaik dalam pembaharuan virus tersebut.

Namun, lanjutnya, mutasi tidak harus selalu ditakuti. Karena mutasi pada virus ini lebih bersifat konservatif, sedangkan asam amino yang berubah terlalu berfokus. “Mengambil tentang data, Indonesia telah menyumbang sembilan genom lengkap dari virus COVID-19, sedangkan Jepang telah menerima 130 genom lengkap di GISAID — bank terkait sekuens genom,” katanya.

Saat ini, baik bahasa Jepang maupun Indonesia, sedang disetujui oleh pandemik corona dalam jangka pendek atau panjang. Di mana pengembangan buatan kit dan percobaan klinis menjadi tujuan jangka pendek dan megembangkan metode diagnosis dan pencarian obat dan vaksin menjadi tujuan jangka panjangnya.

 

 

 

 

(ipb/end)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *