Citeureup, BogorUpdate.com – Adanya bantuan sosial (Bansos) yang diberikan pemerintah ke sejumlah warga, diduga menjadi faktor utama naiknya harga telor ayam ras dan beras dipasaran.
Salahsatunya terjadi di pasar Citeureup dua, para pedagang menduga kenaikan ini akibat para agen enggan mengirim ke pasar lebih memilih mengirimkan telor dan beras ke penyalur bantuan,
Ari Suhendar pedagang telor ayam mengeluhkan, dengan kenaikan harga telor ayam yang begitu tinggi, menjadi berkurangnya pembeli.
“Sudah hampir empat hari harga telor ayam ras naik, yang awalnya hanya Rp28 ribu perkilonya, sekarang meroket menjadi Rp31 ribu perkilonya, dan pembeli pun menjadi sepi,” jelasnya.
Ari pun menyebutkan kenaikan ini dipicu lantaran sejumlah agen telor enggan mengirimkan kepasar namun lebih memilih menjualnya kepenyalur bantuan dengan harga tinggi.
“Ini faktor akibat adanya Bantuan sosial pemerintah, yang imbasnya kepada para pedagang baik di pasar maupun warung, harga malah tinggi, agen aja ogah jual kepasar lebih baik penyalur bantuan dengan harga tinggi, jadi di pasar mengimbanginya,” kata ari.
Hal senada pun dikeluhkan Wawan salah seorang Pedagang beras, dirinya menyebutkan tidak bisa berbuat banyak dengan naik tingginya harga beras akibat bantuan sosial.
“Kalau untuk di sektor beras, untuk kelas medium saja harga beras mencapai Rp8500 ribu perkilonya naik mencapai Rp10500 perkilonya, namun untuk beras Peremium dari harga Rp11 ribu kini mencapai Rp16 ribu perkilonya,” terangnya.
Dirinya berharap pemerintah segera turun tangan melakukan stabilisasi kembali sejunlah harga bahan pokok,baik itu Telor Ayam Ras, maupun beras jangan sampai para pedagang kena imbasnya.
“Jelas bansos ini merugikan para pedagang, jangan sampai ada orang yang diuntungkan, namun mematikan pedagang pasaran dan warungan,” tegasnya.
Kepala Pasar Citeureup, Endang Iskandar, membenarkan kenaikan harga telor dan beras ini faktor adanya bantuan sosial yang akan kembali dibagikan kemasyarakat.
“Imbas bansos ini kepada para pedagang dan masyarakat yang beli lewat pasar, harganya makin tinggi lantaran agen-agen lebih memilih menjualnya kepada para penyalur dengan harga tinggi ketimbang dijual kepedagang dengan harga rendah,” pungkasnya.