Scroll untuk baca artikel
Bogor RayaHomeNewsPemerintahan

Aktivis Desak Kadinkes Kabupaten Bogor Copot Direktur RSUD Leuwiliang, Asli Ini Serius!

×

Aktivis Desak Kadinkes Kabupaten Bogor Copot Direktur RSUD Leuwiliang, Asli Ini Serius!

Sebarkan artikel ini

, Raya

BogorUpdate.com – Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Bogor Raya, Hendi mendesak Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencopot Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang.

Hal tersebut dikatakan Hendi menyikapi viralnya Kepala Desa (Kades) Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor yang mengamuk di depan Ruang Isnstalasi Gawat Darurat (IGD) , diduga akibat , pada Rabu (16/3/22).

Aktivis mahasiswa ini mengatakan dirinya mengapresiasi langkah Kepala Desa yang membela warganya hingga marah lantaran kecewa terhadap pelayanan RSUD Leuwiliang lantaran kesal tidak dipinjamkan mobil Ambulance oleh RSUD Leuwiliang.

Lanjut Hendi, dirinya menegaskan bahwa RSUD Leuwiliang bukan hanya pelayanannya yang buruk namun rasa kepedulian pihak RSUD Leuwiliang, mulai dari Direktur sampai jajarannya pun sangat buruk.

“Bagi saya ini darurat dan ini soal kemanusiaan, harusnya nuranainya di pakai apalagi sampai mengatakan ini sedang istirahat tidak bisa di ganggu, apakah hal itu pelayanannya baik,” ujar Hendi, Kamis (18/3/22).

Masih kata Hendi, wajar jika Kepala Desa Sadeng seperti itu, karena dia memikirkan warganya. “Saya sangat mengapresiasi setinggi-tinginya, bila perlu saya mengajak dengan hormat bapak Kepala Desa Sadeng kita sama-sama membuat surat pernyataan kepada Bupati Bogor dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk membuat evaluasi besar-besaran terkait pelayanan RSUD Leuwiliang,” tegasnya.

Hendi pun mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tidak tinggal diam atas kejadian di RSUD Leuwiliang tersebut. Dirinya meminta harus ada evaluasi secepatnya.

“Agar kejadian ini tidak terulang ke sekian kalinya, saya mendesak Bupati Bogor untuk mencopot dan mengevaluasi secara besar-besaran di tubuh RSUD Leuwiliang agar pelayanannya bisa lebih baik,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Desa (Kades) Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor mengamuk di depan Ruang Isnstalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang, diduga akibat pelayanan buruk, pada Rabu (16/3/22).

mengatakan, dirinya kecewa terhadap pelayanan RSUD Leuwiliang lantaran kesal tidak dipinjamkan mobil Ambulance oleh RSUD Leuwiliang. Bahkan aksi kades nyamuk itu viral videonya di grup perpesanan dan sosial media.

“Pada waktu itu Rabu (16/3/22) ada warga saya (Yanti) meninggal dunia. Secara SOP, mayat itu tidak boleh dibawa oleh mobil pribadi, harus pakai mobil ambulance dan saat itu kami melihat ada mobil ambulance nongkrong semua,” kata Yanuar Lesmana kepada wartawan pada, Kamis (17/3/22).

Dirinya mengaku, saat pasien masih dalam keadaan koma dibawa ke IGD dan sempat didaftarkan ke IGD tersebut. Namun, saat pasien dinyatakan meninggal dunia. Sehingga, dirinya menanyakan perihal mobil ambulance kepada petugas yang ada di rumah sakit sekira pukul 16.00 WIB namun ia merasa tidak dilayani dengan baik.

“Bicaranya semua lagi istirahat tidak bisa di ganggu, apa seperti itu pelayanannya,” katanya.

Yanuar Lesmana menyampaikan, atas hal tersebut dirinya merasa kecewa atas pelayanan rumah sakit terhadap seorang pasien yang merupakan warganya tersebut. Bahkan, dirinya meminta agar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor memberikan tindakan tegas dan mengevaluasi kinerja pelayanan di rumah sakit tersebut.

“Saya sebagai Kepala Desa Sadeng tentunya sangat kecewa terhadap pelayanan RSUD Leuwiliang yang sangat buruk, semoga ini terdengar oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor,” ucapnya.

Menanggapi hal itu, Kasubag Umum RSUD Leuwiliang, Muhtar Lintang membenarkan kejadian tersebut, yang masuk melalui IGD dan sudah dilakukan penanganan awal.

“Karena memang emergenci yah, sementara pada saat dilakukan tindakan, keluarga mendaftar, pada saat setelah tindakan itu tidak berhasil, kemudian pasien meninggal. Pada saat itu keluarga pasien yang mendaftar tadi tidak jadi mendaftar sehingga pasien di IGD meninggal tanpa status pasien RSUD dong karena gak daftar tuh dan memang meninggal disitu,” katanya.

Kemudian, Muhtar Lintang mengatakan, pada saat meninggal kebutuhannya adalah mobil Jenazah bukan mobil ambulance.

“Pada saat bersamaan mobil jenazah kami ada dua, pas ada jenazah yang harus diantar ke Cianten dan otomatis mobil jenazah tidak bisa digunakan pada saat itu,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *