Foto Ahmad Yani Panjaitan
Nasional, BogorUpdate.com
Ketua Umum (Ketum) Pusat Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Pembangunan Daerah (Pusperanda) Ahmad Yani Panjaitan menyatakan, bahwa kuat dugaan ada skenario masif dan terstruktur yang akan menjatuhkan Pemerintahan Jokowi di tengah jalan dengan melihat fakta-fakta saat ini.
“Hancur leburnya kondisi ekonomi rakyat ke arah resesi akibat Pandemi Covid-19 dan ditambah munculnya gerakan ketidakpercayaan publik terhadap Jokowi akibat disahkannya Omnibus Law yang diprediksi akan menjatuhkan Jokowi ditengah jalan,” ujarnya yang juga menjabat Ketum Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Kamtibmas, Waketum DPP Korps Alumni KNPI dan Kornas Koalisi 40 OKP untuk Jokowi (KOPI JOKJA) melalui pesan tertulis, Senin (12/10/2020) malam.
Ia menambahkan, puncak mosi tidak percaya dari publik dengan munculnya berbagai aksi amuk massa yang diduga terpicu dari para pendukung dan pengusung kandidat Calon kepala daerah yang kalah di 270 daerah kota/Kabupaten, Provinsi. Adanya berbagai alasan kecurangan nantinya pada Desember 2020 maka tak menutup kemungkinan rakyat gampang terpicu akibat resesi ekonomi di Indonesia.
“Apalagi hampir semua Ormas terbesar seperti, Muhammadiyh, NU, Al Washliyah sudah menyerukan tunda Pilkada 2020 untuk cegah pandemi Covid-19, namun tidak direspons. Dan saat ini Omnibus Law juga ditolak oleh sebahagian besar rakyat, sementara konsep Bansos Pemerintah yang faktanya tidak permanen dan hanya bersifat tentatif semata tidak mampu mengatasi ekonomi rakyat khususnya sembako. Semua ini akan bermuara pada hilangnya dukungan rakyat terhadap Pemerintah,” imbuh Ustad Yani sapaan akrabnya.
Lanjutnya, atas hal tersebut pemerintah jangan anggap remeh situasi bangsa dan negara saat ini, ingat resesi pada 1998 yang bisa menyulut api reformasi mahasiswa dan pemuda, serta aksi demo pada kamis (08/10/20), banyak yang ikut aksi bukan karena idealisme salah benar, tapi cenderung ikut-ikutan karena dirumah saja selama hampir tujuh bulan yang berakibat kekurangan ekonomi, pengangguran dan korban PHK.
“Kondisi rakyat yang sedang lapar, stress dan pengangguran, akan gampang terpicu oleh isu-isu yang mendiskreditkan Pemerintah, muara semua kekesalan dan kemiskinan rakyat ini akan gampang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang bermaksud menjatuhkan kekuasaan yang sah,” terang Yani.
Sementara secara global para Kreditur Internasional juga saat ini tidak menginginkan negara-negara Asia khususnya Indonesia ini bangkit dari resesi akibat Covid-19 agar bisa mengucurkan pinjaman dananya yang sudah tentu berbunga. Jadi situasi ini sudah seperti efek domino.
“Sebaik dan sesempurna apapun konsep kebijakan negara jika mayoritas rakyat sudah tidak mendukung bahkan membenci Pemerintah, ini sebuah petaka besar, Forum Rektor yang notabene para intelektual, Ormas Muhammadiyah dan NU yang mengklaim punya warga puluhan bahkan ratusan juta orang plus para buruh ditambah puluhan juta rakyat miskin dan pengangguran saat ini tidak percaya lagi terhadap Pemerintahan, maka bersiap siaplah untuk jatuh sebelum waktunya,” jelas Yani.
Diakhir ia menuturkan, bahwa prediksi ini pihaknya sudah menduga saat para Relawan Indonesia Bersatu (RIB) gabungan 71 Relawan Jokowi di akhir 2019 yang lalu membuat Tasyakuran kemenangn Jokowi berupa nasi tumpeng setinggi 1 Meter retak dan hampir rontok saat di depan Istana Negara.
“Semogalah Negeri ini dijauhkan dari segala huruhara dan bencana serta seharusnya pemerintah harus fokus saja pada perbaikan ekonomi rakyat, jaminan pangan minimal 100 juta rakyat dari November 2020 sampai triwulan I 2021, jika perlu diberikan gratis dalam bentuk sembako selama 3 sampai 5 bulan. Dan jika Pemerintah berkenan, kami siap memberikan solusi yang efisien dan efektif untuk keamanan pangan ini,” pungkas pria multi talenta ini.
(Rie/Refer)