Lifestyle, BogorUpdate.com
Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menyediakan bahan-bahan obat dari sumberdaya alamnya sebagai sumber Biofarmaka. Hal ini mendorong Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University untuk menyelenggarakan Webinar “Budidaya Tanaman Obat Berpotensi sebagai Anti Inflamasi dan Peningkatan Respon Imunitas Tubuh”, Selasa (29/6/21). Kegiatan ini menghadirkan pakar-pakar IPB University yang terkait dengan tanaman herbal.
Prof Irmanida Batubara, Kepala Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University dalam sambutannya menyampaikan, “Informasi ini terkait budidaya tanaman obat yang memiliki potensi sebagai antiinflamasi (peradangan) atau yang bisa meningkatkan respon imunitas tubuh ini sangat diperlukan di berbagai daerah. Kami berharap setiap dinas setempat dapat ikut serta dan mendapatkan ilmu terkait obat-obatan herbal yang potensial di daerahnya,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini, hadir drh Min Rahmawati, Dosen Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University. Ia menyebutkan bahwa ada dua hal yang dapat diupayakan agar tubuh tetap sehat. Yaitu keterlibatan sistem imunitas bawaan dan yang kedua adalah sistem imunitas adaptif. Sistem imunitas bawaan adalah sistem imun yang responnya segera/cepat terhadap rangkaian senyawa. Sementara sistem imunitas adaptif adalah sistem imun yang responnya lambat terhadap antigen spesifik.
Sementara itu, untuk mengatasi inflamasi, ada beberapa tanaman herbal yang bisa digunakan. Tanaman tersebut adalah pegagan, kencur, saga, meniran dan binahong.
Dr Waras Nurcholis, Dosen Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menyampaikan bahwa ekstraksi itu pada intinya adalah mendapatkan senyawa bioaktif/metabolit atau menyatukan metabolit dan bioaktif dengan berbagai teknik seperti perendaman. Ekstrak itu harus memenuhi tiga persyaratan yaitu keamanan, khasiat, dan kualitas.
“Khasiat ekstrak dalam kesehatan (untuk meningkatkan imunitas) dipengaruhi oleh budidaya yang terstandar dan sumber genetik yang berkualitas,” imbuhnya.
Dr Maya Melati, Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB University dalam pemaparannya melengkapi hal tersebut dengan penjelasan mengenai imunomodulator. Yakni senyawa peningkat sistem imun/memodulasi sistem imun ke arah normal. Imunomodulator berfungsi menguatkan sistem imun atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan.
“Adapun kelompok tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator yakni tanaman yang memiliki bentuk rimpang, bentuk daun, bentuk batang, bentuk kulit kayu, bentuk buah, dan bentuk biji. Contohnya seperti jahe, kunyit, kencur, binahong, daun pegagan, buah jambu biji, dan jeruk nipis,” tutupnya.
(ipb/bu)