Scroll untuk baca artikel
HomeLifestyleNews

STRATEGI MENGATASI RENDAHNYA EKSPOR KEDELAI

×

STRATEGI MENGATASI RENDAHNYA EKSPOR KEDELAI

Sebarkan artikel ini

Artikel, BogorUpdate.com merupakan salah satu sektor pertanian yang diperdagangkan dalam perdagangan internasional. Hal ini dikarenakan kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki potensi yang besar karena menjadi bahan baku dari berbagai jenis makanan yang di butuhkan oleh beberapa negara di dunia. Karena kelebihannya itu, industri pangan berbahan baku kedelai terus berkembang, bahkan tanaman kedelai diperdagangkan menjadi 2 jenis kategori, yaitu kedelai segar dan kedelai yang sudah diolah menjadi produk pangan.

Data statistik menunjukan bahwa produksi dan konsumsi kedelai secara global selama 20 tahun mengalami fluktuasi. Dalam dua dekade terakhir, produksi kedelai di dunia terus mengalami penurunan sebanyak 5%. Sedangkan permintaan akan konsumsi kedelai terus meningkat sebanyak 0,1% pertahun dan diiringi dengan kenaikan harga produk kedelai. Amerika Serikat (AS) sebagai negara agraris merupakan salah satu negara yang memiliki peran penting dalam sektor perdagangan dan pertanian di dunia. Hal ini didukung dengan teknologi pertanian Amerika yang kian hari semakin maju.

Kemajuan teknologi di negara ini tidak membuat orang Amerika meninggalkan dunia pertanian. Justru pertanian AS semakin berkembang dan diperkuat. Hal tersebut terlihat dari melimpahnya hasil pertanian yang dihasilkan oleh para petani di Amerika. Adapun komoditi yang sangat menghasilkan, seperti gandum, kacang kedelai, beras, kapas, dan tembakau. Hasil pertanian Amerika sebagian besar diekspor ke luar negeri.

Sementara di Indonesia, dicatat pada akhir tahun 2008, pemerintah telah menurunkan tarif impor dari 10% menjadi 0%. Upaya ini di anggap menjadi langkah untuk menstabilkan domestik akibat melambungnya harga kedelai di pasar internasional. Penerapan tarif 0% di Indonesia ini menjadi peluang bagi Amerika Serikat untuk meningkatkan ekspor kedelainya. Pada tahun 2009, perdagangan kedelai Amerika Serikat ke Indonesia mengalami peningkatan sebesar 439ribu ton atau menjadi 1,850juta ton. Peningkatan ini tercatat sebagai ekspor tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia.

Para pelaku usaha menilai kedelai impor yang berasal dari Amerika Serikat mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan produksi Amerika Latin. Direktur PT FKS Multi Agro Tbk. Kusnarto mengatakan bahwa selama ini sebagian besar pengrajin lebih banyak yang memilih menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat sebagai bahan baku tempe atau tahu dibandingkan kedelai dari Amerika Latin. Kedelai dari Amerika Serikat mempunyai ukuran biji yang lebih besar serta mempunyai aci yang lebih banyak. Namun, harga kedelai dari Amerika Latin lebih murah, yaitu di harga Rp100-Rp200 per kilogram. Perbedaan harga ini, bukan berasal dari harga pokok pembelian dari eksportir, karena sudah menggunakan referensi harga Chicago Board of Trade (CBOT). Tetapi selisih harga ini berasal dari biaya logistik (freight) yang lebih murah.

Keberhasilan pengembangan kedelai Amerika Serikat tidak terlepas dari kekuatan para petani memberi aspirasi tentang pertanian kedelainya kepada pemerintah. Dua organisasi besar yang memfasilitasi kepentingan petani kedelai Amerika Serikat adalah American Soybean Association (ASA) dan United Soybean Board (USB)/Soybean checkoff. Kedua organisasi ini memiliki fungsi yang berbeda namun bersifat komplementer. ASA bertanggung jawab untuk melakukan lobi legislatif, kebijakan, dan regulasi terkait kepentingan petani kedelai AS.

Pada aktifitas ekspor kedelai, kedua organisasi tersebut tergabung dalam sebuah wadah organisasi lain yang disebut sebagai US Soybean Export Council (USSEC). Organisasi USSEC ini memiliki kantor cabang di negara-negara yang menjadi importir potensial kedelai AS. Adapun USSEC terbagi menjadi lima kawasan, yaitu Asia Utara, Amerika, Asia Tenggara, Eropa, dan Timur Tengah/Afrika. Misi utama dari USSEC adalah untuk memaksimalkan penggunaan kedelai AS secara internasional dengan cara memenuhi kebutuhan stakeholder dan pelanggan global mereka. Dengan kata lain, USSEC bertanggung jawab dalam kegiatan ekspor kedelai Amerika Serikat ke seluruh dunia.

Karena tingkat produktifitasnya relatif rendah, untuk memenuhi kebutuhan sekitar 2,5 juta ton diperlukan luas panen sekitar 1,7juta ha setiap tahunnya. Artinya, luas lahan yang sekarang ada masih perlu digandakan setidaknya dua kali lipat. Namun, upaya meningkatkan produktifitas melalui perluasan pertanaman ini akan mengalami banyak kendala kedepannya, terutama dari minat petani dan keuntungan komparatif terhadap pengusahaan komoditi lainnya.

Perluasan tanaman kedelai harus disertai dengan perbaikan tingkat produktivitas secara rasional menjadi 3–3,5 ton/ha eperti yang dicapai Amerika Serikat. Upaya ini harus mendapat dukungan dari pemerintah, terutama dalam bentuk pengadaan sarana produksi pertanian seperti pupuk dan benih varietas unggul. Pada tingkat produktivitas yang akan diperbaiki ini, maka luas panen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan saat ini adalah sekitar 800.000 hektar.

Amerika Serikat menempatkan bidang pertanian sebagai bidang yang belum berkembang, sehingga pemerintah AS dengan berbagai upaya melindungi petani domestik dari aliran produksi pertanian negara lain. Salah satu upaya Amerika untuk melindungi pertanian dinegara tersebut adalah pemberian subsidi ekspor bagi para importir kedelai dari AS di Indonesia dalam bentuk GSM-102. Amerika Serikat menggunakan instrumen subsidi kredit ekspor GSM-102 dalam bentuk bunga rendah, dan periode pembayaran yang lebih lama, penjaminan kredit dan asuransi kredit ekspor. Subsidi tersebut diberikan guna meminimalisir resiko kerugian, mengingat produksi kedelai AS yang sangat besar.

Negara merkantilis ramah ini berupaya untuk meminimalisasi ketergantungan pada negara lain. Namun justru sebaliknya, negara ini berupaya membuat negara lain bergantung padanya. Ketergantungan terhadap negara lain diminimalisasi dengan melakukan proteksi yang bertujuan untuk menjaga keuntungan yang telah didapatkan sebelumnya. Tindakan tersebut pada akhirnya menyebabkan negara lain yang telah mendapatkan produk hasil komoditas bersubsidi akan selalu ingin mendapatkan barang murah dari Amerika.

Berbeda dengan kacang-kacangan lainnya pada umumnya (kecuali kacang tanah), kedelai kaya akan minyak. Karakteristik kedelai ini membuat tanaman ini sering disebut sebagai “biji minyak”. Selain itu, kedelain juga mengandung sekitar 18% minyak dan 35% protein. Kandungan kedelain yang sangat bermanfaat ini menjadi faktor penguatan permintaan bahan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemisahan dua komponen utama ini telah melahirkan industri penggilingan kedelai.

Sebagian besar kedelai dunia diproses oleh industri penggilingan kedelai untuk memproduksi minyak kedelai mentah (crude soybean oil/CSO) dan bungkil kedelai (Newkirk, 2010). Bungkil kedelai digunakan terutama sebagai sumber protein dalam pakan unggas (pedaging dan petelur), sapi (daging dan susu) dan babi. Sebagian kecil dari bungkil digunakan untuk membuat tepung kedelai rendah lemak, konsentrat protein kedelai dan isolat, dan produk protein bertekstur kedelai. Perkembangan sejarah penggilingan kedelai menjadi minyak dan bungkil, relatif baru dalam sejarah panjang pemanfaatan kedelai.

Berdasarkan penjabaran diatas, bisa disimpulkan bahwa kedelai memiliki begitu banyak manfaat dan potensi dalam meningkat perekonomian suatu negara. Oleh sebab itu, kita harus berfokus pada upaya dan strategi peningkatan pertanian kedelai di Indonesia. Adapun upaya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Lahan Kedelai
Petani harus memperhatikan kebersihan lahan pertanian, sebelum penanaman maupun lahan yang sudah ditanami. Pastikan lahan pertanian bebas dari gulma yang menggangu pertumbuhan tanaman kedelai. Selain itu, jarak tanam yang baik adalah 20×20 cm. Persiapan lahan pada lahan kering adalah dibajak dua kali sedalam 30 cm dari permukaan tanah. Persiapan lahan pada lahan sawah dilakukan dengan sistem monokultur. Sistem ini dilakukan dengan melakukan pembersihan lahan dari jerami, kemudian tanah diolah satu kali. Jika keadaan lahan tanah masam, maka perlu dilakukan penambahan kapur bersamaan dengan pengolahan lahan yang kedua atau paling lambat seminggu sebelum tanam. Upaya ini dilakukan agar PH yang diperlukan oleh tanah sesuai, selanjutnya dengan pengapuran menggunakan dolomit dengan cara menyebar rata dengan dosis yang diperlukan dan sesuai dengan keadaan tanah.

2. Membuat Drainase
Langkah kedua adalah membuat drainase dengan jarak 4 meter sedalam 20-25cm. Pembuatan saluran drainase ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penggenangan air. Hal tersebut dikarenakan tanama kedelai tidak tahan terhadap genangan. Pembuatan drainase ini juga bisa membantu petani untuk mempermudah pemupukan.

3. Pemilihan bibit yang benar
Pemilihan varietas tanaman sangat menentukan hasil produktifitas. Pastikan petani melakukan riset terhadap bibit yang akan ditanam. Benih yang dipilih harus sehat, bersertifikat dari lembaga tertentu seperti balai penelitian kacang-kacangan dan umbi–umbian agar terbebas dari hama dan penyakit, dan terbukti keasliannya. Pemilihan benih yang baik juga dapat dilihat dari ciri fisik benih itu sendiri seperti bentuk benih yang oval , tidak timbul bercak hitam, tidak mengalami cacat dan permukaan benih halus.

4. Pemupukan yang tepat
Pemupukan harus dilakukan dengan seimbang untuk membantu proses perkembangan kedelai. Pemberian pupuk pada saat tanaman kedelai berumur 20-30 HST dilakukan dengan cara disebar secara merata dalam larikan diantara barisan tanaman kedelai atau dapat juga dengan memasukkan pupuk kedalam lubang tugal disisi kanan dan disisi kiri tanaman sejauh kurang lebih 10 cm. Pengaplikasian pupuk harus seimbang agar tidak menurunkan kualitas dan kuantitas dari tanaman kedelai. Pemberian pupuk SP-36 dengan dosis 125 kg/ha bisa membantu tanaman kedelai dalam pembentukan polong dengan baik, sehingga mampu meningkatkan jumlah produksi kedelai. Selain menggunakan pupuk SP-36, pemupukan bisa dengan menggunakan 75 kg urea/ha, dan 50 kg KCl/ha.

5. Strategi pemanenan
Pemanenan kedelai juga mempengaruhi produktifitas kedelai. Proses pemanenan yang dilakukan terlalu awal saat biji masih muda akan membuat perontokan sulit dilakukan. Sebaliknya, jika terlalu lama akan menyebabkan hilangnya biji di lapang. Waktu yang tepat untuk memanen kedelai adalah jika 98% polongnya sudah berubah warna. Pemanenan bisa dilakukan pada pagi hari saat embun telah hilang, untuk menghindari cara pemanenan dengan mencabut agar tanah, kotoran tidak terbawa, lalu hasil panen dikumpulkan ditempat yang kering dan diberi alas supaya bersih.

Oleh :
Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : farhah.sakinah21@mhs.uinjkt.ac.id
No Telepon : (+62) 877-7844-3660

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *