Yuk, Intip Kelebihan dan Kekurangan Benelli Motobi 200 Evo

Sumber foto (Oto.com)
Otomotif, BogorUpdate.com
Opsi cruiser yang ditawarkan Benelli Motor Indonesia (BMI), juga termasuk Motobi 200 Evo. Memang tak benar-benar murni layaknya Motobi 200 atau Patagonian Eagle. Tampilannya jauh lebih kekinian dengan beberapa sematan modern. Menarik? Tentu saja, terlebih dengan harga jual yang lumayan menggoda. Namun sebelum itu, ada baiknya pahami dulu kelebihan dan kekurangan tunggangan ini.

Salah satu yang menjadi daya tarik, jelaslah tampilan. Bisa dikatakan inilah versi ‘rebel’ dari Motobi 200. Desain klasiknya lantas ditabrak dengan unsur modern. Sebut saja penggunaan pelek palang dengan model tak umum ini. Lalu aplikasi knalpot model underbelly, suspensi belakang model tabung serta disc brake untuk mendukung sistem pengereman roda belakang.

Modernitas juga diwujudkan secara nyata lewat jantung mekanik. Itu lantaran mesin 197 cc satu silindernya mengandalkan sistem pengabutan bahan bakar injeksi. Bekal itu membuat Motobi 200 Evo sanggup mengail daya 12,7 Hp/7.000 dan torsi maksimal 13,9 Nm di 6.500 rpm. Output tersebut tersalur melalui transmisi 5-percepatan. Kemampuannya itu setara dengan Motobi 200 berpelengkap karburator (tenaga 12,7 Hp/7.500 rpm, torsi 13,5 Nm/6.000 rpm). Hanya saja momen puntir sedikit tipe Evo sedikit lebih besar. Agar suhu mesin tetap ideal, terpasang pula sistem pendingin cair.

Lantas untuk melihat seberapa cepat lajunya, Motobi 200 Evo menyajikan informasinya lewat panel meter bulat. Bentuknya identik dengan gaya klasik, namun di sini pula penguatan unsur modern tadi kembali diperkuat. Data seperti spidometer, takometer, tripmeter, odometer hingga indikator bensin ditampilkannya secara digital serta mudah dibaca dengan latar berwarna biru. Berbanding terbalik dengan Motobi 200 maupun Patagonian yang sama-sama berupa analog.

Kemudahan visibilitas tadi juga tak lepas dari bagaimana Benelli merancang posisi berkendara. Seperti cruiser lain, Motobi 200 Evo juga punya setelan setang cukup tinggi dan jok rendah (715 mm). Rancangan ini membuat pengendara nyaman, ditambah lagi posisi foot step menjorok ke depan. Pengendaliannya terbilang nyaman karena dimensi kuda besi ini lumayan kompak yaitu 2.140 x 800 x 1.050 mm (PxLxT). Kombinasi rancang bangun yang dirasa cocok dengan bobot tubuh 156 kg.

Sayangnya, posisi kaki penunggang Motobi 200 Evo tak sepenuhnya rileks. Itu dikarenakan ia tak punya penampang kaki lebar seperti Motobi 200 atau Patagonian Eagle. Dan, walaupun berpenampilan layaknya cruiser, rasanya hanya cocok untuk penggunaan rute pendek atau dalam kota. Tangki bensin terlihat besar, padahal muatan maksimalnya adalah 11,8 liter. Terpaut cukup jauh kala menilik kepunyaan Motobi 200 yang memiliki kapasitas mencapai 15 liter.

Mungkin tak terlalu berpengaruh juga saat mengendarainya ke luar kota. Terutama bagi pengendara, dikarenakan Motobi 200 Evo punya desain jok cukup lebar dan tebal. Malah nyaman karena terdapat lekukan untuk tumpuan tulang ekor dan belakang. Namun bentukan ini justru membuat jok belakang mendapatkan porsi lebih sedikit. Alhasil, memangkas ‘hak’ penumpang selama membonceng.

Lalu ketika mengendarainya di perkotaan, pendaran lampu bohlam terasa mengurangi esensi cruiser modern dari Motobi 200 Evo. Setidaknya Benelli bisa menggunakan penerangan utama dan belakang jenis dioda (LED).

Secara keseluruhan, inilah konsep baru yang ditawarkan Benelli. Tak sekadar mengekor pendahulu, Motobi 200 Evo merupakan hasil transformasi guna menggoda kebutuhan pasar masa kini. Mungkin menyasar calon konsumen Honda Rebel. Terlebih BMI mematok harga yang hanya berkisar Rp 32 jutaan. Ia bahkan diuntungkan karena bermain sendirian di segmen mesin 200 cc. Namun, apakah ini cukup menggugah untuk konsumen?.

 

 

 

 

(Oto.com/end)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *