Waspadai Gelombang Kedua Covid-19, Jabar Fokuskan Tes Masif di Pasar Tradisional

Pemerintahan, BogorUpdate.com
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan memfokuskan pengetesan masif di pasar-pasar tradisional guna meningkatkan potensi sebaran COVID-19. Sekitar 627 Mobil COVID-19 Tes diperoleh dalam pengetesan tersebut.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya mendistribusikan 700 pasar tradisional yang didistribusikan di Jabar, baik pasar yang dikelola pemerintah maupun swasta. Tes dilakukan dengan metode random sampling.

“Minggu ini kita akan melakukan perbaikan di 700 pasar, karena kami mendapati di Jabar salah satu potensi persebaran yang perlu diwaspadai adalah pasar tradisional,” kata Kang Emil sapaan Ridwan Kamil dalam jumpa pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (8/6/20).

Kang Emil menyatakan, pengetesan masif di pasar tradisional merupakan langkah preventif Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar dalam mewaspadai gelombang kedua penyebaran COVID-19.

“Minggu ini terjadi peningkatan, tetapi sangat kecil. Bagi kami, peningkatan kecil atau besar harus diwaspadai, perbaiki tidak terjadi yang kita takutkan yang muncul gelombang kedua atau gelombang kedua,” ucapnya.

Menurut Kang Emil, angka reproduksi efektif (Rt) di Jabar adalah 0,72. Dengan demikian, Rt Jabar berada di bawah 1 selama dua pekan berturut-turut. Capaian tersebut menjadikan Jabar sebagai provinsi dengan angka Rt terendah empat se-Indonesia, setelah Aceh, Riau, dan Kalimantan Utara.

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar mengukur angka penggantian efektif (Rt) dengan pemodelan SimcovID (Simulasi dan Pemodelan COVID-19 Indonesia) menggunakan metode Kalman Filter yang menggunakan metode Bayesian Sequential.

SimcovID sendiri merupakan tim gabungan yang terdiri dari peneliti berbagai perguruan tinggi, seperti ITB, Universitas Padjadjaran, YGM, UGM, ITS, UB, dan Undana, dan peneliti perguruan tinggi negeri, seperti Universitas Essex & Khalifa, University of Southern Denmark, dan Oxford Universitas.

“Angka reproduksi covid di Jawa Barat Alhamdulillah masih di bawah satu, sekarang di angka 0,72. Jadi sudah lebih dari dua minggu kita sudah di bawah ini, menandakan keterkaitan dalam penanggulangan COVID-19,” katanya.

“Untuk ukuran provinsi yang paling dekat dengan DKI Jakarta sebagai episentrum, dan dengan provinsi yang penduduknya paling besar, yaitu 50 juta, angka keterkendalian kita adalah angka empat dari bawah. Jadi kami haturkan rasa terima kasih kepada mereka-mereka yang sudah bekerja,” imbuhnya.

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Gugus Tugas Berli Hamdani meminta warga Jabar untuk tidak takut menerima tes masif COVID-19. Karena tujuan dari tes masif adalah mencegah penyebaran COVID-19, mendapatkan peta persebaran COVID-19 yang memfasilitasi, meningkatkan ruang gerak SARS-CoV-2, melacak kontak terpapar COVID-19, dan mencari virus.

Berli juga mengatur pelaksanaan tesif di Jabar, baik tes cepat atau tes swab, menyetujui semua prosedur yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Dalam perizinan membahas COVID-19 bagian strategi pertanggungan dan perikatan perlindungan dengan perumusan kesehatan yang disusun Kemenkes RI, sudah disusun perincian apa saja yang mesti dilakukan tenaga kesehatan (nakes).

Pertama, harus melakukan 5 momen kebersihan tangan, yaitu sebelum memutuskan pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah risiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien.

“Momen kebersihan tangan itu berlaku juga saat pelaksanaan tes. Minta kebersihan sterilitas sarung tangan yang dipandu. Sebelum dan sesudah melakukan prosedur, selalu dilakukan sterilisasi dengan cairan antiseptik, seperti alkohol 70 persen atau pembersih alkohol,” kata Berli, Sabtu (6/6/20).

Menurut Berli, Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan nakes saat pelaksanaan tes masif disesuaikan juga dengan potensi penularan. Untuk melaksanakan tes cepat, nakes yang mengharuskan memakai APD level 1. Berbeda tes swab, nakes akan memakai APD level 2, karena warga yang mengambil tes memerlukan lebih besar terpapar SARS-CoV-2.

“APD yang disediakan setiap kegiatan tes, disesuaikan dengan jumlah tenaga yang dikeluarkan. APD terstandar minimal Level 1 untuk yang melakukan tes cepat, sedangkan untuk yang melakukan tes swab minimal Level 2. Cara penggunaan dan pelepasan pun sesuai dengan yang tersedia,” katanya.

 

 

 

(hms/end)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *