BOGOR UPDATE
KOTA BOGOR – Program prioritas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, yaitu program kesehatan gizi balita, yang salah satunya melalui Bulan Penimbangan Balita (BPB), sehingga diharapkan mengenai gizi ini masuk ke dalam beban Pemerintahan Kota (Pemkot) Bogor, seperti penyakit menular dan tidak menular. Karena saat ini masalah kesehatan di Indonesia sudah memasuki kategori yang sangat serius yaitu, Triple Burden.
Hal itu diutarakan Kepala Dinkes Kota Bogor Rubaeah pada saat sosialisasi Bulan Penimbangan Balita (BPB) tingkat Kota Bogor di ruang Paseban Sri Baduga, Balaikota Bogor, Kamis (27/7/17).
“Kalau gizi balita menjadi beban pemerintah maka akan menjadi triple burden (jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat) dan itu yang harus dicegah,” kata Rubaeah.
Menurut Rubaeah, dalam siklus kehidupan manusia, usia balita merupakan masa yang sangat penting. Pada saat itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan cukup pesat. Jika terjadi kelainan pada kelompok usia masa ini akan mengakibatkan hal serius pada generasi yang akan datang.
Ia menambahakan, Untuk mengetahui perkembangan tersebut setiap tahun pemerintah melaksanakan BPB. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Agustus dengan melibatkan berbagai pihak agar dapat menjaring lebih banyak sasaran dan dapat mendeteksi dini bayi dan balita yang bermasalah dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Lanjutnya di tahun 2017 Dinkes menargetkan sasaran Bulan Penimbangan Balita se Kota Bogor di enam kecamatan dengan jumlah 95.427 balita, diantaranya Bogor Selatan 18.037 balita, Bogor Timur 9.468 balita, Bogor Tengah 9.769 balita, Bogor Barat 21.193 balita, Bogor Utara 17.202 balita dan Tanah Sareal 19.758 balita.
“Berbarengan dengan BPB dilakukan juga pemberian kapsul Vitamin A dan monitoring garam beryodium. Sedangkan untuk kegiatan sosialisasi BPB dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kota, Kecamatan dan Kelurahan,” terangnya. (Rie)
Editor: Tobing