Pasar Leuwiliang. (Ist)
Leuwiliang, BogorUpdate.com – Awal tahun 2025 ditandai dengan kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako) di Pasar Tradisional Leuwiliang.
Kenaikan ini dirasakan hampir semua pedagang dan konsumen, dengan alasan utama disebut-sebut sebagai dampak dari kenaikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang kini mencapai 12 persen.
Kenaikan harga ini membuat aktivitas jual beli di pasar tradisional mengalami penurunan. Para pedagang mengeluhkan dampaknya terhadap daya beli masyarakat yang terus menurun.
“Ada kenaikan macam-macam. Kadang hanya satu persen, kadang naik setengah dari harga sebelumnya,” ungkap Heru Hermawan, seorang pedagang sembako kepada wartawan (3/1/25).
Heru menjelaskan bahwa sejak 1 Januari 2025, ia menerima pemberitahuan dari distributor mengenai kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, seperti minyak goreng, mie instan, hingga santan.
“Minyak goreng sudah pasti naik, santan yang biasa satu karton harganya Rp106.000 sekarang jadi lebih dari Rp140.000. Naiknya hampir setengah harga,” keluhnya.
Selain pedagang, para konsumen juga mengeluhkan kenaikan harga sembako yang terjadi. Menurut Heru, banyak pelanggan yang merasa keberatan, namun mereka tetap harus membeli barang kebutuhan pokok tersebut.
“Banyak yang komplain, tapi mau bagaimana lagi? Semua harga naik, seperti kopi dan santan,” ujarnya.
Heru berharap agar harga sembako dapat kembali stabil sehingga tidak semakin memberatkan masyarakat kecil.
“Harapannya, harga-harga ini bisa kembali normal. Sekarang sudah naik terus dan barangnya juga susah didapat,” katanya.
Ahmad Fauzi, pedagang sayur-mayur di pasar yang sama, turut merasakan dampak kenaikan harga sembako. Menurutnya, masyarakat kecil menjadi pihak yang paling dirugikan.
“Kalau gaji tidak naik, ya konsumen pasti mengeluh. Masyarakat berharap awal tahun ini harga turun lagi. Syukur-syukur kalau ekonomi membaik dengan pajak yang lebih rendah,” pungkasnya. (AM)