Parungpanjang, BogorUpdate.com – Penggana (45) sudah 12 tahun lebih menjadi penjaga jalur perlintasan Kereta Api Indonesia (KAI) di Kampung Salimah, Desa Gintung Cilejet, Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor.
Untuk diketahui, di Kampung Salimah Desa Gintung Cilejet terdapat dua pintu perlintasan KAI tanpa palang pintu. Kondisi ini, sudah lama tanpa adanya palang pintu perlintasan di ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Parungpanjang-Tenjo.
“Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jakarta- Rangkas Bitung yang sesekali melintas setiap 50 menit sekali,” kata Penggana kepada wartawan.
Bapak 4 anak ini salah satu Anggota Linmas Desa Gintung Cilejet ini, menjaga perlintasan Kereta Api sudah menjadi panggilan jiwa. Sebab jalur perlintasan Kereta Api tidak di jaga sangat membahayakan.
“Saya sudah 12 tahun jaga perlintasan kerta api ini. Ini panggilan jiwa saja, kasian pengguna jalan saat melintas, saya tidak ada yang ngegajih jaga ini,” kata Gana sapaan akrabnya.
Menurut Gana, di Desa Gintung Cilejet tepatnya di Kampung Salimah memang ada dua lokasi jalur perlintasan Kereta Api. Dari dua itu, hingga saat ini tidak ada portal perlintasan, hanya di jaga oleh Linmas dan Masyarakat.
“Meski hujan dan panas kita tetap jaga perlintasan kereta api Rangkas Bitung-Jakarta,” bebernya.
Cara berkomunikasi adanya kereta lewat, Gana hanya mengandalkan alat komunikasi Handy Talkie atau HT, sebagai penanda bahwa KRL Commuter Line lewat.
“Saya tidak sendiri menjaga perlintasan kereta api, dalam sehari semalam, bisa tiga hingga empat orang berjaga sebagai petugas perlintasan,” terangnya.
Pengguna jalan asal Kecamatan Tenjo Robet menambahkan, dari Parungpanjang menuju Kecamatan Tenjo, tepatnya di Kampung Salimah memang ada dua titik jalur perlintasan KAI yang tidak ada Portal Perlintasan.
“Dari dua titik itu, memang di jaga linmas dan warga secar bergantian. Kalau tidak ada yang jaga, kita tidak tahu kalau ada kereta lewat,” jelasnya.
Robet berharap, Pemerintah Kabupaten Bogor untuk segera membangun portal perlintasan KAI di Kampung Salimah Desa Gintung Cilejet. Sebab hingga saat ini masih belum ada portal perlintasan.
“Diera modern saat ini, tapi masih belum ada portal perlintasan Kereta Api. Kalau lewat saya suka was was,” terangnya.
Sebelumnya, bagi penjaga perlintasan, nyawa pengguna jalan hal penting untuk keselamatan. Meski swadaya, para penjaga perlintasan tidak pantang menyerah.
Sekitar empat tahun lalu, dimana kisah heroik itu terjadi, saat warga sedang berjaga. Namun kendaraan roda dua terguling, tidak lama kemudian kereta lewat. Hingga penjaga jalur perlintasan KAI langsung menolong.
Namun naas, kereta itu langsung menabrak motor, hingga melukai kakinya hingga patah, tertindih motor. Atas trgadei itu, penjaga dan pengendara selamat. (Dyn)