Gunung Putri, BogorUpdate.com – Angka perceraian di Kabupaten Bogor tertinggi di Provinsi Jawa Barat (Jabar). Sulitnya Ekonomi menjadi faktor utama perceraian tersebut.
Hal itu diakui oleh Ketua Pengadilan Agama Cibinong Kelas 1A, Siti Salbiah saat mengisi materi di balai Desa wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu.
Dalam keterangannya Siti Salsabila menyebut bahwa angka perceraian di Kabupaten Bogor terbesar di Jawa Barat dan diurutan ke dua di isi oleh Kabupaten Indramayu menurut data statistik yang dihimpun oleh Pengadilan Agama Cibinong.
“By data memang Kabupaten Bogor terbesar di Provinsi Jabar, dan urutan ke dua adalah Indramayu,” singkatnya saat mengadakan penyuluhan di Kantor Desa Wanaherang.
Sementara Darwan (36) mengatakan, perceraian yang terjadi didalam kehidupan rumah tangganya adalah faktor ekonomi dimana sulitnya mencari pekerjaan di usianya saat ini. Sehingga suka tidak suka harus menjalani pekerjaan serabutan.
“Ya alasan istri saat itu karena saya gak kerja dan susah buat saya menafkahi keluarga disamping itu sulit diusia saya untuk cari kerja dimana setiap tahun angkatan kelulusan sekolah kian banyak,” ungkapnya, Rabu (15/5/24).
Darwan mengaku ia hanya contoh kecil terjadinya perceraian ada juga faktor kurang siapnya pasangan untuk membina rumah tangga atau belum faham terkait perbedaan karakter masing-masing.
“Penyatuan dua perbedaan karakter juga setelah rumah tangga teruji, karena sulit untuk menyatukan atau saling memahami satu sama lainnya yang terjadi ego makin tinggi ketika ada pertengkaran,” tuturnya mengisahkan.
Rumah tangga, lanjut Darwan, bukan sekedar tujuan terakhir untuk hidup justru itu adalah awal memulai kehidupan baru yang perlu kesiapan dan kematangan karena didalam biduk rumah tangga banyak pengorbanannya.
“Rumah tangga bukan sekedar hidup bersama akan tetapi memulai awalan baru disitu butuh kematangan agar perceraian bisa diminimalisir,” lanjutnya.
Ia juga menyampaikan perceraian bukan hanya takdir akan tetapi banyak kemungkinan, Darwan berpesan agar perceraian jangan terjadi karena menurutnya anak yang akan menjadi korban.
“Ya bukan sekedar takdir tetapi banyak kemungkinan, anak jadi korban akibat perceraian, sebelum memulai mahligai rumah tangga seharusnya buat komitmen,” pesannya mengakhiri. (Pul)