Bogor RayaHomeNews

Ahli Biologi IPB Gali Keunikan Tumbuhan Sarang Semut, Flora Khas Penghuni Hutan Tropis

Tumbuhan sarang semut. (Dok. ipb)

BogorUpdate.com – Tumbuhan sarang semut bukan sekadar flora unik yang dikenal karena keberadaannya yang bersimbiosis dengan semut. Lebih dari itu, tumbuhan ini memiliki peranan dalam keseimbangan ekosistem hutan tropis.

Hal ini disampaikan oleh dosen Biologi IPB University, Dr Nunik Sri Ariyanti, dalam penjelasannya mengenai taksonomi dan ekologi tumbuhan sarang semut

Dr Nunik menjelaskan bahwa tumbuhan sarang semut, yang terdiri atas beberapa genus dan banyak spesies, secara taksonomi termasuk dalam famili Rubiaceae. Dua genus yang paling dikenal adalah Myrmecodia dan Hydnophytum.

“Dua spesies Myrmecodia yang pernah kami inventarisasi dari Kabupaten Fak Fak, Papua Barat adalah M jobiensis dan M platytyrea,” ungkapnya.

Selain itu, tim peneliti IPB University juga berhasil mengumpulkan beberapa spesimen herbarium dari genus Hydnophytum, meskipun identifikasi spesiesnya masih terkendala.

“Kami belum dapat mengidentifikasi hingga nama spesies karena keterbatasan spesimen,” tambah Dr Nunik.

Seperti namanya, tumbuhan ini dijuluki demikian karena adanya hubungan simbiosis mutualistik dengan semut. “Tumbuhan sarang semut sering dikelompokkan ke dalam kategori myrmecophytes, meski ini bukan pengelompokan taksonomi,” jelasnya.

Ia merujuk pada penelitian-penelitian penting di bidang ini, seperti Huxley (1978) serta Huxley dan Jebb (1991, 1993), yang membahas morfologi, fisiologi, dan hubungan ekologi antara tumbuhan Rubiaceae tuberous dan koloni semut penghuni.

Dr Nunik mengatakan bahwa hubungan mutualistik ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Tumbuhan sarang semut telah berevolusi membentuk struktur khusus yang berfungsi sebagai tempat tinggal, bahkan sumber makanan, bagi semut. Sebagai imbalannya, semut melindungi tumbuhan dari herbivora dan bahkan berkontribusi dalam penyediaan nutrisi.

“Semut sendiri merupakan komponen penting dalam ekosistem, terutama di hutan tropis. Mereka berperan dalam penyerbukan, penyebaran biji, perlindungan, hingga daur ulang limbah organik,” ujarnya.

Kehadiran tumbuhan sarang semut dan semut sebagai mitra ekologis menciptakan jalinan interaksi kompleks yang menjaga keberlanjutan ekosistem.

Namun demikian, Dr Nunik mengingatkan bahwa keberadaan tumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama struktur hutan tempat mereka tumbuh.

“Seperti tumbuhan epifit lainnya, sarang semut sangat bergantung pada tumbuhan inangnya. Gangguan terhadap struktur hutan akan sangat memengaruhi kelangsungan hidupnya,” jelas dia.

Ia juga mengatakan bahwa spesies tumbuhan sarang semut banyak ditemukan di hutan mangrove. Oleh karena itu, kerusakan habitat seperti hutan mangrove dapat menjadi ancaman serius bagi kelestarian tumbuhan tersebut.

“Jika hutan mangrove rusak, saya kira ini akan mengancam kelestarian tumbuhan sarang semut secara langsung,” ucapnya. (**/ipb)

Exit mobile version